Sabtu, 11 Mei 2013

Yang Kuingat: Ojek Payung

Dahulu, kira-kira waktu usia saya masih 10 tahun - 12 tahun. Jakarta 1990an
Kalau hari mulai gerimis disusul hujan deras.
Saya dan kawan-kawan langsung saling jemput tuk ngojek payung.
Sejujurnya, sepertinya bukan uang yang kami cari
tapi memang  nikmatnya berhujan-hujanan

Wilayah kerja kita adalah Taman Mini Indonesia Indah.
Maklum, rumah saya cuma 3 meter dari tembok Taman Mini.
Sebanyak 8 anak. sudah siap mandi hujan

Perlengkapannya cuma payung besar.
demi kenyamanan klien, kami tidak menggunakan payung yang kecil.
cukup satu saja. karena kami memang niat mandi hujan.

Bersama-sama masuk lewat pintu II atas.
Penjaga pintunya Baik. mengizinkan kami untuk masuk
Kemudian kami segera menyebar.

Taman Mini Indonesia Indah ketika hujan.
Banyak pengunjung yang terjebak di anjungan-anjungan di sana
menggigil kedinginan karena hari memang sudah sore.
dan kami menawarkan payung
untuk sekadar mengantarkan mereka naik angkot keluar Taman Mini.
atau mengantarkan mereka untuk pindah ke anjungan yang lain.

Saat itu, kami, bocah-bocah baik hati.
tidak memiliki harga khusus untuk klien kami.
ketika ditanya, berapa sampai pojok (tempat angkot 05 atau S15A ngetem)
kami selalu menjawab...."seikhlasnya Pak/Bu".
dan rata uang 3000 rupah (saat itu) berhasil kami kantong sekali mengantarkan

Ketika kami mendapatkan klien.
betapa bangganya kami, dan say "good by" pada teman-teman yang masih menawarkan payungnya.
seperti ada rasa puas mendapatkan kepercayaan untuk mengantarkan klien.
si penyewa berjalan cepat di depan
dan kami, mengikuti berhujan-hujanan di belakangnya.
kadang ada yang mengajak kami mengobrol sambil berjalan
namun banyak juga yang tidak peduli

Ketika hujan sudah reda.
Kami berkumpul kembali di pintu gerbang. Pintu II Atas.
mengerubungi tukang gorengan.
sembari menceritakan penghasilan masing-masing
sembari menceritakan karakteristik klien-klien kami.
sembari menceritakan pengalaman sebentar tadi

Tangan kanan memegang ubi atau bakwan
tangan kiri masih menggenggam payung yang belum kering
dan dari mulut kami, keluar uap dari panasnya gorengan yang bertemu lidah.

Setelah puas
kami segera melangkah pulang.
dan tahukah Anda, apa kepuasan yang terbesar?
Ketika kita menyerahkan sedikit uang hasil ojek payung barusan tadi, pada ibu kita.

(ditulis sembari mendengarkan petir dan hujan deras di luar sana.)
Cihideung: 11.42

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih sudah memberi masukan