Sambil Menelepon Goyang Watak
Naskah: DMS (Dari berbagai gardu telepon)
Sumber: Majalah Humor No 80 26 Jan-8 Feb 94 hlm:18-19
Banyak gaya waktu orang menelepon. ada yang berdiri, duduk, tiduran, cengar-cengir, goyang kaki, bahkan sambil manyun. Semua mengandung arti. Kalau para eksekutif mengenal body language, maka Anda juga berhak mengenal "Bahasa Gaya Orang Menelpon".
Menelepon sambil makan, menunjukkan ia tak ambil peduli ketika. Seenaknya, mau menang sendiri, egois, manja, dan minta diperhatikan. Tak peduli aturan main etika, kesannya: menganggap enteng orang lain (padahal etika si penelepon juga perlu dipertanyakan: tega-teganya, orang lagi makan kok ditelepon). Meski begitu ia punya sikap positif: pandai menghargai waktu. Jalan keluarnya: jangan makan gagang telepon
Menelepon dengan cara menjepit gagang telepon di antara telinga dan bahu, menunjukkan ia seorang peragu. Sulit mengambil keputusan. Sulit untuk berkata ya atau tidak. Jalan keluarnya: kursus manajemen jurusan ya. Praktek lapangan jurusan tidak.
Menelepon dengan cara memutar/memencet nomor telepon dengan pensil (bukan dengan tongkat atau linggis), menunjukkan ia suka berlagak sok sibuk. Padahal kesibukannya biasa-biasa saja. Ia merasa dikejar-kejar waktu dan merasa penting. Pembawaannya gelisah dan suka menonjolkan diri jika bicara. Jalan keluarnya: wajar-wajar aja, jangan ge-er
Menelepon dengan menempelkan gagang telepon hingga lengket ke telinga, menunjukkan ia seorang yang hati-hati dalam mengambil keputusan. Jarang mengalami kegagalan dalam bertindak, sebab setiap tingkah lakunya selalu dipertimbangkan baik-baik. Jalan keluarnya: lewat pintu
Menelepon sambil memain-mainkan kabel, menunjukkan ia tipe spontan,
agresif, dan tahan lama. Artinya, kalau bicara tak mau sebentar. Ia tak
akan puas sebelum menumpahkan isi hatinya hingga titik "masalah" yang
penghabisan. Jalan keluarnya: kawin dengan orang yang bernama Titik.
Menelepon
sambil corat-coret kertas, menunjukkan ia tipe orang yang hangat,
periang dan optimistis. Ia bisa masuk ke dalam masalah yang intens,
karena orang yang diajak bicara serasa di depannya. Fantasinya positif
dan kaya. Jalan keluarnya: jadi dukun.
Menelepon sambil
berdiri, menunjukkan ia tak suka banyak bicara. Kalau bicara, seperlunya
saja. Kadang, terkesan buru-buru. Orang bergaya semacam ini, pada saat
melakukan kontak bisnis, lebih suka bila dilakukan secara langsung.
Tatap muka. Ia selalu khawatir pribadinya diketahui orang banyak.
Maklum, dia memang tipe orang yang tertutup. Jalan keluarnya: buka saja.
Menelepon
sambil goyang kaki, menunjukkan ia tipe orang cerdas. apalagi kalau
pakai goyang pinggul. Goyang lidah, goyang Karawang, dan lain-lain.
Bila ia sedang bernegosiasi, maka ia akan melakukan "sergapan yang
tangkas dan sistematis. Jalan keluranya: jadi penyanyi dangdut
Menelepon sambil baring-baring, menunjukkan ia orang yang santai. Tenang dan berkesan ndableg. Prinsip
hidupnya, ada hari ada rezeki. Kalau sekarang utang banyak, soal bayar
masa bodoh, urusan anak cucu. Jalan keluarnya: manyun saja,
sesukses-suksesnya.
Menelepon sambil tidur, menunjukkan ia tipe orang sarap. Tidak bisa membedakan mimpi dan kenyataan. Tapi idenya kaya, aneh-aneh pula. Kalau dikumpulkan, dijamin belum tentu tidak berguna. Kalau dibuang, sungguh sayang disayang, bisa-bisa ide disambar orang. Jalan keluar: sambar jemuran!
# ditik ulang dari majalah humor koleksi pribadi
Minggu, 27 Oktober 2013
Sabtu, 26 Oktober 2013
Kredit Rumah Tanpa Macet
Do it Yourself - Duit-duitmu sendiri
Kredit Rumah Tanpa Macet
Naskah tulisan: Dar MS
Sumber: Majalah Humor 28 Juli-10 Agt 93 hal: 76-77
Kredit rumah macet memang kurang populer. Tapi semacet-macetnya kredit macet masih lebih populer pemandangan jalan macet di Jakarta. Bertolak dari semboyan, "di atas macet masih ada macet", mari kita sukseskan kemacetan itu sekredit-kreditnya. Berikut cara-cara jitu menghindari kemacetan kredit rumah.
1. Anda harus punya simpanan uang di bank (baik dalam bentuk deposito, tabungan maupun giro) minimal cukup untuk tujuh turunan. Kredit rumah Anda, dijamin aman.
2. Kalau Anda tidak punya dana sejumlah itu, tak perlu khawatir. selama Anda punya saudara, kerabat, atau koneksi yang kuayaaa buanget, pasti semuanya bisa slamet
3. Ada kalanya muncul problem begini: Anda pengin sekali punya rumah tapi duit tak punya sama sekali, bagaimana cara keluar dari masalah ini?
Lewat pintu
4. Duit punya tapi tidak ada keinginan kredit rumah, apa yang harus dilakukan?
Kenapa menyusahkan diri sendiri? tidur kek, makan di restoran kek, suka-suka ente aja!
5. Oke. Duit punya, keinginan kredit menggebu, tapi rumahnya enggak ada, ayo... apa dong yang musti dilakukan.
repot amat, kredit bank saja buat tempat tinggal.
6. Rumah nggak ada, uang nggak ada, Anda nggak ada, kemacetan juga enggak ada, apa yang harus dilakukan?
Ceriwis ah, nggak mutu!
7. Harga rumah turun, duit Anda buanyaaaak sekali tapi Anda nggak berminat kredit rumah. Lalu mau apa sebenarnya, Anda?
Beli martabat, cash.
8. Macet. Duit macet, kredit macet, rumah macet, Anda macet, lalu apanya yang lancar?
Ya, kemacetannya, Dul!
9. Kredit bingung, rumah penuh duit, Anda penuh macet, bank penuh koneksi, apa yang sebenarnya terjadi?
Lagi... masyarakat jadi korban
# ditik ulang dari majalah humor koleksi pribadi
Kredit Rumah Tanpa Macet
Naskah tulisan: Dar MS
Sumber: Majalah Humor 28 Juli-10 Agt 93 hal: 76-77
Kredit rumah macet memang kurang populer. Tapi semacet-macetnya kredit macet masih lebih populer pemandangan jalan macet di Jakarta. Bertolak dari semboyan, "di atas macet masih ada macet", mari kita sukseskan kemacetan itu sekredit-kreditnya. Berikut cara-cara jitu menghindari kemacetan kredit rumah.
1. Anda harus punya simpanan uang di bank (baik dalam bentuk deposito, tabungan maupun giro) minimal cukup untuk tujuh turunan. Kredit rumah Anda, dijamin aman.
2. Kalau Anda tidak punya dana sejumlah itu, tak perlu khawatir. selama Anda punya saudara, kerabat, atau koneksi yang kuayaaa buanget, pasti semuanya bisa slamet
3. Ada kalanya muncul problem begini: Anda pengin sekali punya rumah tapi duit tak punya sama sekali, bagaimana cara keluar dari masalah ini?
Lewat pintu
4. Duit punya tapi tidak ada keinginan kredit rumah, apa yang harus dilakukan?
Kenapa menyusahkan diri sendiri? tidur kek, makan di restoran kek, suka-suka ente aja!
5. Oke. Duit punya, keinginan kredit menggebu, tapi rumahnya enggak ada, ayo... apa dong yang musti dilakukan.
repot amat, kredit bank saja buat tempat tinggal.
6. Rumah nggak ada, uang nggak ada, Anda nggak ada, kemacetan juga enggak ada, apa yang harus dilakukan?
Ceriwis ah, nggak mutu!
7. Harga rumah turun, duit Anda buanyaaaak sekali tapi Anda nggak berminat kredit rumah. Lalu mau apa sebenarnya, Anda?
Beli martabat, cash.
8. Macet. Duit macet, kredit macet, rumah macet, Anda macet, lalu apanya yang lancar?
Ya, kemacetannya, Dul!
9. Kredit bingung, rumah penuh duit, Anda penuh macet, bank penuh koneksi, apa yang sebenarnya terjadi?
Lagi... masyarakat jadi korban
# ditik ulang dari majalah humor koleksi pribadi
Rabu, 23 Oktober 2013
Latihan Teater
Latihan Teater
Oleh: Hari Untung Maulana
Selain pentasnya, latihan juga kegiatan yang menyenangkan luuuooocchhh...
banyak pelajaran dari proses latihan
kedisiplinan
kekompakan
akting
bersedia menerima pendapat
berani mencoba
berani berpendapat
pokoe banyak duech
Casting
Begitu sutradara sudah memantapkan hati untuk menggarap sebuah naskah.
sutradara akan melaksanakan casting
semua anggota teater berhak ikut.
bahkan untuk teater besar yang melibatkan artis-artis papan atas ibukota
casting tetap dilakukan. ada juga sih yang ditunjuk langsung oleh sutradara.
Satu per satu peserta casting dilihat kemampuannya oleh sutradara.
diberi kutipan dialog dan diminta untuk mengucapkan dialog tersebut.
seorang peserta casting harus mampu menerjemahkan dan menjiwai karakter yang akan dicobanya.
Jika karakternya nenek-nenek, ya pas casting harus berperan seperti nenek-nenek
mulai dari suaranya, gesturenya, bahkan cara berjalan dan kelembutannya.
Jika karakternya Preman pasar, ya walaupun aslinya dia hatinya lembut...
tetep harus sangar and beringas ketika berdialog....
Ketika casting, seorang peserta mungkin saja diminta untuk mencoba berbagai karakter.
Niatnya sih mau jadi putri Cederalara apa daya ternyata karakternya lebih cocok jadi nenek cihir.
Sutradara pengin banget kamu enggak jadi putri malah jadi nenek....
silakan pilih... mau diambil peran nenek atau memberikan peran itu pada orang lain
kesempatan belum tentu datang dua kali lho...
jika sudah selesai casting... ya tinggal berdoa semoga lulus casting
Reading
Mereka yang sudah sujud syukur karena lulus casting
Mereka yang sudah traktir-traktir temen karena sudah dianggap jago acting
Mereka yang sudah nelpon ortunya bilang "Ayah, anakmu sudah jadi orang". karena diajak main teater........................... enggak segitunya kalee
Mereka langsung memasuki tahap reading
Sutradara akan memberikan naskah utuh-utuhan.
dari Prolog sampai epilog
dari halaman satu sampai halaman delapan puluh sembilan
Aktor harus bisa membaca dan menghafal dialognya sendiri...
sembari tentunya menghafal dialog lawan mainnya eh maksudnya teman mainnya...
kenapa aktor juga menghafal dialog teman main?
Lho iya nho... kita kan harus tahu kapan kita harus bicara.
Jadi kita harus paham clue (benergaktulisannya) atau kata-kata akhir dari dialog teman main.
Banyak naskah yang tidak mencantumkan kramagung..........................Kramagung???!!
Itu lho, kalimat lakuan yang terdapat di dalam kurung yang biasanya ada di depan dialog...
Hroen20: (Mematut-matut diri di depan cermin) Kok enggak ada yang percaya kalau saya ganteng
ya?
Jika di naskah tidak ada kramagung, maka pemain harus mampu menerjemahkan apa yang harus dilakukan tokoh. caranya ya dengan memperhatikan interaksi tokoh dengan lingkungan sekitarnya dan dialog tokoh tersebut.
Proses reading bisa berlangsung selama satu bulan.
Proses reading dalam teater tidak monoton lho...
Bentuk latihan reading yang pernah saya lakukan, seingetnya ya...
fase berikutnya adalah lepas naskah... enggak tahu istilahnya apa
Lepas Naskah
Kalau sudah di tahap ini...
pemain sudah berlatih dengan menggunakan setting...
pemain sudah berlatih dengan mengenakan kostum...
bahkan beberapa latihan sudah melibatkan pemusik dan lampu.
kenapa sudah pakai kostum dan setting?
untuk membiasakan diri
Coba, gimana kalau kostum yang harus dipakai itu, beratnya sampai berkilo-kilo...
kalau kita tahunya pas pentas... apa enggak ngap tuh...??
setting ya harus dicoba... nanti duduk dii kursi... kursinya ada 4 ... tempatnya disitu ya....
Jangan sampai, kita latihannya lesehan... lha tahunya pas pentas ada kursi...
kita tahunya kursinya ada 4... pas latihan bebas duduk dimana saja...
lha kok tahunya kursinya cuma ada atu.
fase lepas naskah ini... biasanya sebulan menjelang pementasan.
Latihan Utuh
Dua hari menjelang pementasan, para pendukung melaksanakan latihan utuh.
biasanya sudah dilaksanakn di tempat pementasa yang mulai tampak settingan dasarnya.
hampir mirip dengan pementasan sesungguhnya cuma tinggal penontonnya aja yang enggak ada.
kadang ada juga sih yang nonton... temen-temen sendiri.
Buat calon guru bahasa Indonesia.... menurut saya wajib ikut UKM Teater.... manfaat banget lho untuk di kelas. karena banyak materi tentang teater... masak gurunya enggak bisa main teater, mau ngajarin siswa berteater... menurut saya akan sulit.
Oleh: Hari Untung Maulana
Selain pentasnya, latihan juga kegiatan yang menyenangkan luuuooocchhh...
banyak pelajaran dari proses latihan
kedisiplinan
kekompakan
akting
bersedia menerima pendapat
berani mencoba
berani berpendapat
pokoe banyak duech
Casting
Begitu sutradara sudah memantapkan hati untuk menggarap sebuah naskah.
sutradara akan melaksanakan casting
semua anggota teater berhak ikut.
bahkan untuk teater besar yang melibatkan artis-artis papan atas ibukota
casting tetap dilakukan. ada juga sih yang ditunjuk langsung oleh sutradara.
Satu per satu peserta casting dilihat kemampuannya oleh sutradara.
diberi kutipan dialog dan diminta untuk mengucapkan dialog tersebut.
seorang peserta casting harus mampu menerjemahkan dan menjiwai karakter yang akan dicobanya.
Jika karakternya nenek-nenek, ya pas casting harus berperan seperti nenek-nenek
mulai dari suaranya, gesturenya, bahkan cara berjalan dan kelembutannya.
Jika karakternya Preman pasar, ya walaupun aslinya dia hatinya lembut...
tetep harus sangar and beringas ketika berdialog....
Ketika casting, seorang peserta mungkin saja diminta untuk mencoba berbagai karakter.
Niatnya sih mau jadi putri Cederalara apa daya ternyata karakternya lebih cocok jadi nenek cihir.
Sutradara pengin banget kamu enggak jadi putri malah jadi nenek....
silakan pilih... mau diambil peran nenek atau memberikan peran itu pada orang lain
kesempatan belum tentu datang dua kali lho...
jika sudah selesai casting... ya tinggal berdoa semoga lulus casting
Reading
Mereka yang sudah sujud syukur karena lulus casting
Mereka yang sudah traktir-traktir temen karena sudah dianggap jago acting
Mereka yang sudah nelpon ortunya bilang "Ayah, anakmu sudah jadi orang". karena diajak main teater........................... enggak segitunya kalee
Mereka langsung memasuki tahap reading
Sutradara akan memberikan naskah utuh-utuhan.
dari Prolog sampai epilog
dari halaman satu sampai halaman delapan puluh sembilan
Aktor harus bisa membaca dan menghafal dialognya sendiri...
sembari tentunya menghafal dialog lawan mainnya eh maksudnya teman mainnya...
kenapa aktor juga menghafal dialog teman main?
Lho iya nho... kita kan harus tahu kapan kita harus bicara.
Jadi kita harus paham clue (benergaktulisannya) atau kata-kata akhir dari dialog teman main.
Banyak naskah yang tidak mencantumkan kramagung..........................Kramagung???!!
Itu lho, kalimat lakuan yang terdapat di dalam kurung yang biasanya ada di depan dialog...
Hroen20: (Mematut-matut diri di depan cermin) Kok enggak ada yang percaya kalau saya ganteng
ya?
Jika di naskah tidak ada kramagung, maka pemain harus mampu menerjemahkan apa yang harus dilakukan tokoh. caranya ya dengan memperhatikan interaksi tokoh dengan lingkungan sekitarnya dan dialog tokoh tersebut.
Proses reading bisa berlangsung selama satu bulan.
Proses reading dalam teater tidak monoton lho...
Bentuk latihan reading yang pernah saya lakukan, seingetnya ya...
- Membaca sembari kerja bakti. ada yang ngepel, ada yang ngelap kaca, ada yang nyapu... Aula gedung FKIP.
- Jarak antar pemain 10 meter. yang satu di sini, yang satu di situ. yang satu di sana. yang satu di suana.
- Sembari olah vokal. kita dialog sambil menirukan gerakan rukuk dalam shalat 20 menit. terus menekan perut dengan tangan (20 menit), terus tiduran tertelungkup (20 menitan), terus duduk sambil kakinya ditekuk di depan dada (20)..... dan itu semua harus dilakukan dengan penguapan dialog yang keras dan jelas.
- Sembari lari-lari kecil keliling tempat parkir
- Kita sih belum pernah latihan di pantai atau di gunung... Lha jauh kok.
fase berikutnya adalah lepas naskah... enggak tahu istilahnya apa
Lepas Naskah
Kalau sudah di tahap ini...
pemain sudah berlatih dengan menggunakan setting...
pemain sudah berlatih dengan mengenakan kostum...
bahkan beberapa latihan sudah melibatkan pemusik dan lampu.
kenapa sudah pakai kostum dan setting?
untuk membiasakan diri
Coba, gimana kalau kostum yang harus dipakai itu, beratnya sampai berkilo-kilo...
kalau kita tahunya pas pentas... apa enggak ngap tuh...??
setting ya harus dicoba... nanti duduk dii kursi... kursinya ada 4 ... tempatnya disitu ya....
Jangan sampai, kita latihannya lesehan... lha tahunya pas pentas ada kursi...
kita tahunya kursinya ada 4... pas latihan bebas duduk dimana saja...
lha kok tahunya kursinya cuma ada atu.
fase lepas naskah ini... biasanya sebulan menjelang pementasan.
Latihan Utuh
Dua hari menjelang pementasan, para pendukung melaksanakan latihan utuh.
biasanya sudah dilaksanakn di tempat pementasa yang mulai tampak settingan dasarnya.
hampir mirip dengan pementasan sesungguhnya cuma tinggal penontonnya aja yang enggak ada.
kadang ada juga sih yang nonton... temen-temen sendiri.
Buat calon guru bahasa Indonesia.... menurut saya wajib ikut UKM Teater.... manfaat banget lho untuk di kelas. karena banyak materi tentang teater... masak gurunya enggak bisa main teater, mau ngajarin siswa berteater... menurut saya akan sulit.
Selasa, 22 Oktober 2013
1. Bahasa Indonesia Terpadu : Pendidikan Agama Islam
KALIMAT LANGSUNG TAK LANGSUNG
Ubahlah kalimat langsung di bawah ini menjadi kalimat tidak langsung
a. Ayah membaca Alquran
b. Kakak mengajak adik shalat di masjid
c. Ibu menghidangkan ta'jil untuk berbuka puasa
d. Rasulullah memerintahkan umat Islam untuk saling tolong menolong
e. Allah mengutus Malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyu kepada Muhammad.
PERIBAHASA
a. Hasan dan Amir berkelahi, teman-temannya meminta mereka untuk Istighfar. Namun, mereka tetap berkelahi. Akhirnya, Hasan dan Amir terluka. selain itu, mereka juga dipanggil oleh Kepala Sekolah.
Narasi di atas sesuai dengan peribahasa ...
A. Besar pasak daripada tiang
B. Menang jadi arang kalah jadi abu
C. Air beriak tanda tak dalam
D. Sepandai-pandai tupai melompat akhirnya jatuh juga
PUISI
Pilihkan puisi bertema religius islami sebagai contoh puisi atau sebagai sarana analisis puisi
CERPEN
Pilihkan cerpen bertema religius islami sebagai contoh cerpen atau sebagai sarana analisis unsur intrinsik ekstrinsik cerpen
MUSIKALISASI PUISI
Gunakan puisi-puisi karya Taufik Ismail, Emha Ainun Najib, atau KH Mustofa Bisri
WAWANCARA
Pilihkan objek wawancara yang bersifat religius: penjaga masjid, pembaca doa di makam, penulis novel Islami, penghafal Alquran, penjagal hewan Islami, pengajar madrasah, anggota MUI atau organisasi Islam yang lain, dll.
MENGOMENTARI ARTIKEL
Pilihkan artikel tentang Agama Islam.
Ubahlah kalimat langsung di bawah ini menjadi kalimat tidak langsung
a. Ayah membaca Alquran
b. Kakak mengajak adik shalat di masjid
c. Ibu menghidangkan ta'jil untuk berbuka puasa
d. Rasulullah memerintahkan umat Islam untuk saling tolong menolong
e. Allah mengutus Malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyu kepada Muhammad.
PERIBAHASA
a. Hasan dan Amir berkelahi, teman-temannya meminta mereka untuk Istighfar. Namun, mereka tetap berkelahi. Akhirnya, Hasan dan Amir terluka. selain itu, mereka juga dipanggil oleh Kepala Sekolah.
Narasi di atas sesuai dengan peribahasa ...
A. Besar pasak daripada tiang
B. Menang jadi arang kalah jadi abu
C. Air beriak tanda tak dalam
D. Sepandai-pandai tupai melompat akhirnya jatuh juga
PUISI
Pilihkan puisi bertema religius islami sebagai contoh puisi atau sebagai sarana analisis puisi
CERPEN
Pilihkan cerpen bertema religius islami sebagai contoh cerpen atau sebagai sarana analisis unsur intrinsik ekstrinsik cerpen
MUSIKALISASI PUISI
Gunakan puisi-puisi karya Taufik Ismail, Emha Ainun Najib, atau KH Mustofa Bisri
WAWANCARA
Pilihkan objek wawancara yang bersifat religius: penjaga masjid, pembaca doa di makam, penulis novel Islami, penghafal Alquran, penjagal hewan Islami, pengajar madrasah, anggota MUI atau organisasi Islam yang lain, dll.
MENGOMENTARI ARTIKEL
Pilihkan artikel tentang Agama Islam.
10 Unsur Pementasan Teater: (10) Panitia
Panitia
Tulisan: Hari Untung Maulana
Kalau diteori-teori yang lain... kepanitiaan mungkin tidak dimasukkan dalam materi pendukung pementasan teater. tapi... saya kok merasa panitia tuh gak kalah penting ya??
Menyusun proposal
Mengurus perizinan pergelaran
Peminjaman tempat
Mencari dana tambahan
Pasang-pasang spanduk dan poster atau pamflet
Njagain ruang tiket
Bikin undangan buat anak-anak teater lain
Bongkar pasang setting panggung
Menyediakan segala yang dibutuhkan oleh pendukung pementasan yang lain...
nggotong-nggotong alat musik, lampu-lampu,
dan lain lain, dan sebagainya, dan seterusnya
Waaaahhh.... penting banget kan tuh.
bahkan mereka tuh pada akhirnya juga enggak tampak di permukaan
Kalau kepanitiaan berjalan lancar tanpa melibatkan unsur pendukung yang lain
insya Allah semua tenang dan fokus.
Tulisan: Hari Untung Maulana
Kalau diteori-teori yang lain... kepanitiaan mungkin tidak dimasukkan dalam materi pendukung pementasan teater. tapi... saya kok merasa panitia tuh gak kalah penting ya??
Menyusun proposal
Mengurus perizinan pergelaran
Peminjaman tempat
Mencari dana tambahan
Pasang-pasang spanduk dan poster atau pamflet
Njagain ruang tiket
Bikin undangan buat anak-anak teater lain
Bongkar pasang setting panggung
Menyediakan segala yang dibutuhkan oleh pendukung pementasan yang lain...
nggotong-nggotong alat musik, lampu-lampu,
dan lain lain, dan sebagainya, dan seterusnya
Waaaahhh.... penting banget kan tuh.
bahkan mereka tuh pada akhirnya juga enggak tampak di permukaan
Kalau kepanitiaan berjalan lancar tanpa melibatkan unsur pendukung yang lain
insya Allah semua tenang dan fokus.
10 Unsur Pementasan Teater: (9) Penonton
Penonton
Tulisan: Hari Untung Maulana
Sutradara sudah brol-brolan...
Pemain sudah gembrobyos...
Lampu ngentar-ngentar...
Make up demplon banget
Kostum... wuih... mentereng
Penonton enggak ada yang datang............. GUBRAK!!
Penonton jadi unsur pementasan teater yang juga penting...
berhasil tidaknya sebuah pementasan... berdasarkan dari tingkat kepuasan penontonnya
sukses tidaknya sebuah pementasan... berdasarkan dari banyak tidaknya penonton yang minta uangnya dikembalikan... RUSSSSSUUUUUHHHHHH!!!!!! huft!
BAHKAN...... ada tidaknya penonton, jadi tolak ukur sebuah pementasan jadi dilaksanakan apa tidak... Lha gimana? tiket 200 lembar enggak ada satu pun yang beli.
Penonton juga bisa dilibatkan dalam bagian evaluasi.
Ketika pementasan selesai dilaksanakan. Jangan langsung penontonnya disuruh pulang... hush...hush....hush...
tapi, diajak diskusi....
Sutradara keluar
pemain keluar
penata-penata keluar
penonton masuk
semua ngumpul di panggung... bersila... snacknya dikeluarin... kopinya di keluarin.... diskusi.. mungkin ada masukan atau apa gitu.
Jika diskusi berjalan lancar... maka Insya Allah pertunjukan berikutnya, akan semakin baik....
Tulisan: Hari Untung Maulana
Sutradara sudah brol-brolan...
Pemain sudah gembrobyos...
Lampu ngentar-ngentar...
Make up demplon banget
Kostum... wuih... mentereng
Penonton enggak ada yang datang............. GUBRAK!!
Penonton jadi unsur pementasan teater yang juga penting...
berhasil tidaknya sebuah pementasan... berdasarkan dari tingkat kepuasan penontonnya
sukses tidaknya sebuah pementasan... berdasarkan dari banyak tidaknya penonton yang minta uangnya dikembalikan... RUSSSSSUUUUUHHHHHH!!!!!! huft!
BAHKAN...... ada tidaknya penonton, jadi tolak ukur sebuah pementasan jadi dilaksanakan apa tidak... Lha gimana? tiket 200 lembar enggak ada satu pun yang beli.
Penonton juga bisa dilibatkan dalam bagian evaluasi.
Ketika pementasan selesai dilaksanakan. Jangan langsung penontonnya disuruh pulang... hush...hush....hush...
tapi, diajak diskusi....
Sutradara keluar
pemain keluar
penata-penata keluar
penonton masuk
semua ngumpul di panggung... bersila... snacknya dikeluarin... kopinya di keluarin.... diskusi.. mungkin ada masukan atau apa gitu.
Jika diskusi berjalan lancar... maka Insya Allah pertunjukan berikutnya, akan semakin baik....
Senin, 14 Oktober 2013
10 Unsur Pementasan Teater: (8) Penata Cahaya atao Lampu
Penata Cahaya atao Lampu
Tulisan: Hari Untung Maulana
Panggung Membentang
Lampu Berkilatan
Cleret....
cleret....
cleret...
Mak ByaAaaaAAArrrr...
Merahhhhhhh........... Byaaaaarrrr
Biiirrrruuuuuu...... Byaaaaaaarrrrr
Pentas teater kalau enggak pake lampu..... Aaaapa itu!!!??? Gelap donk...
malah pada tabrakan nanti
Adegan perang.....
lampu merah menyala bergantian dengan lampu biru
berganti secara cepat..... makin lama lampu kuning makin benderang....
Para tokoh makin belingsatan.... BYAAAARRR.... Nyala semua... Dan langsung PET... mati seketika
Pelan-pelan.... sedikit demi sedikit.... lampu biru menyala....
awalnya sangat redup.... suara tangisan membahana....
lampu biru menyeruak fokus pada dua sosok di panggung...
Sang permaisuri.... meratapi mayat sang raja yang kalah perang...
tangisannya sendu menyayat kalbu...
lampu biru hanya menerangi dua sosok itu..... sepi... sedih...
ceile...
Mengetahui pentingnya lampu sebagai sarana memperkuat karakter.... seorang sutradara tidak asal
pilih penata lampu...
dia harus orang yang bisa menerjemahkan suasana dalam cahaya-cahaya....
dia harus orang yang bisa menerjemahkan pikiran tokoh dalam sinar-sinar
penata lampu... harus orang yang hatinya lembut, yang menerjemahkan semua dialog dengan seberkas cahaya.
Awal setelah dipilih menjadi seorang penata lampu,
biasanya dia akan mengikuti latihan ketika para pemain sudah memasuki fase acting.
Pada fase ini, seorang penata lampu sudah paham, dimana kira-kira para pemain akan berdiri, duduk, atau beraktivitas yang membutuhkan penguatan cahaya.
Ruang kerja penata lampu biasanya ada di depan panggung... bisa sejajar ataupun nangkring di atas.
kalau kamu nonton teater di sebuah gedung pertunjukan dan melihat di depan panggung ada sebuah ruangan... nah bisa jadi itu adalah ruang kerja sang penata lampu.
Nah, kalau kamu melihat di kanan kiri panggung ada ruangan dengan gambar simbol pria dan wanita... berarti itu namanya toilet.
Ruang kerja di depan panggung dan di bagian atas... memudahkan penata lampu melihat keseluruhan permainan. dia akan fokus pada setiap adegan...
Seorang penata lampu harus bisa menggunakan media lain sebagai penerang...
kadang diperlukan obor, lampu sentir, petromak, senter, bahkan lilin.
Satu hal yang paling ditakuti penata lampu...
mati listrik....
Jiaaaahhh........ kalau mati listrik mah, semua unsur pementasan juga takut...
Tulisan: Hari Untung Maulana
Panggung Membentang
Lampu Berkilatan
Cleret....
cleret....
cleret...
Mak ByaAaaaAAArrrr...
Merahhhhhhh........... Byaaaaarrrr
Biiirrrruuuuuu...... Byaaaaaaarrrrr
Pentas teater kalau enggak pake lampu..... Aaaapa itu!!!??? Gelap donk...
malah pada tabrakan nanti
Adegan perang.....
lampu merah menyala bergantian dengan lampu biru
berganti secara cepat..... makin lama lampu kuning makin benderang....
Para tokoh makin belingsatan.... BYAAAARRR.... Nyala semua... Dan langsung PET... mati seketika
Pelan-pelan.... sedikit demi sedikit.... lampu biru menyala....
awalnya sangat redup.... suara tangisan membahana....
lampu biru menyeruak fokus pada dua sosok di panggung...
Sang permaisuri.... meratapi mayat sang raja yang kalah perang...
tangisannya sendu menyayat kalbu...
lampu biru hanya menerangi dua sosok itu..... sepi... sedih...
ceile...
Mengetahui pentingnya lampu sebagai sarana memperkuat karakter.... seorang sutradara tidak asal
pilih penata lampu...
dia harus orang yang bisa menerjemahkan suasana dalam cahaya-cahaya....
dia harus orang yang bisa menerjemahkan pikiran tokoh dalam sinar-sinar
penata lampu... harus orang yang hatinya lembut, yang menerjemahkan semua dialog dengan seberkas cahaya.
Awal setelah dipilih menjadi seorang penata lampu,
biasanya dia akan mengikuti latihan ketika para pemain sudah memasuki fase acting.
Pada fase ini, seorang penata lampu sudah paham, dimana kira-kira para pemain akan berdiri, duduk, atau beraktivitas yang membutuhkan penguatan cahaya.
Ruang kerja penata lampu biasanya ada di depan panggung... bisa sejajar ataupun nangkring di atas.
kalau kamu nonton teater di sebuah gedung pertunjukan dan melihat di depan panggung ada sebuah ruangan... nah bisa jadi itu adalah ruang kerja sang penata lampu.
Nah, kalau kamu melihat di kanan kiri panggung ada ruangan dengan gambar simbol pria dan wanita... berarti itu namanya toilet.
Ruang kerja di depan panggung dan di bagian atas... memudahkan penata lampu melihat keseluruhan permainan. dia akan fokus pada setiap adegan...
Seorang penata lampu harus bisa menggunakan media lain sebagai penerang...
kadang diperlukan obor, lampu sentir, petromak, senter, bahkan lilin.
Satu hal yang paling ditakuti penata lampu...
mati listrik....
Jiaaaahhh........ kalau mati listrik mah, semua unsur pementasan juga takut...
Selasa, 01 Oktober 2013
10 Unsur Pementasan Teater: (7) Tokoh or Wayang
Pemain or Wayang
Tulisan: Hari Untung Maulana
Ketika saya membuat tulisan yang ke-6
Saya baru ingat... ada yang terlupa...
tak pikir-pikir lagi....
Lha kok cuma 9 ya?
Apaaaa gitu yang kelewat...
Lha kok ternyata... malah inti dari teater itu sendiri....
........... PARA PEMAIN.
Sumpah Suer Potong Leher... enggak sengaja lupanya.
Seharusnya pemain tuh ada diurutan ke-3 setelah sutradara...
ada naskah, ada sutradara, nah selanjutnya sutradara milih tokoh..... getho lho maksudnya...
ya udah, enggak usah dirasan nemen-nemen (dirasa banget-banget) kita lanjut okeh..
Kadang, sutradara sudah punya gambaran siapa saja yang akan diajak main...
itu karena, ketika membaca naskah.... sutradara tuh sudah berpikir..."Kayaknya si Harun cocok nih".
tapi ada juga sutradara yang secara terbuka mengadakan program casting.
calon pemain tuh harus ikut casting atau diajak sutradara....
Kalau Anda casting aja enggak ikut.... terus enggak juga diajak sutradara untuk main.... apalagi ternyata enggak ikut teater..... lha kok ndilalah ya enggak suka teater.... Berarti Anda jangan mengharapkan jadi pemain....
Seorang pemain teater tuh harus orang yang siap diarahkan.... sutradara punya imajinasinya sendiri...
----lha kalau enggak mau diarahkan sutradara... terus gimana???
Seorang pemain teater harus mau membaca dan menghafal naskah drama yang sebegitu tuebelnya...
----kalau enggak hafal.... apa mau bikin dialog sendiri di pentas... bubrah semua nanti....
seorang pemain teater harus menyediakan waktu yang cukup untuk latihan
----pemainnya ada lima.... rupa-rupa warnanya... merah kuning kelabu hijau muda dan biru..... Lha terus si hijau jarang ikut latihan... empat yang lain ya bingung... apalagi kalau si hijau banyak dialog dengan tokoh yang lain... kalau sudah enggak bisa diatur... ya di dor saja.
Seorang pemain teater harus orang yang sabar...
----kadang sutradara suka berubah-ubah arahannya... sabar.
----kadang temen mainnya enggak datang.... sabar
----kadang mesti latihan sampai dini hari.... sabar
----latihan 3 bulan pentas 2 jam enggak dibayar.... sabar
----mukanya di celomet celemot... di ubyek-ubyek.... sabar
----udah abis pentas...capek...gerah...lapar...ngos-ngosan.... ada yang nyeletuk.... actingnya jelek...
SIAPA???? SIAPA YANG BILANG!!!! MANA ORANGNYA!!!
Seorang pemain teater itu, harus melakukan observasi
Saya misalnya akan berperan jadi kakek-kakek yang pernah kena stroke
lha kan saya harus mengamati kakek-kakek seperti itu tho....
cara jalannya bagaimana?
cara bicaranya bagaimana?
cara ndehemnya bagaimana?
cara pegang gelasnya bagaimana?
cara tidur enggak usah dilihat.... palingan ya merem.
Seorang pemain teater itu punya idealisme yang tinggi lho...
Jarang ada pemain teater yang mau diajak main sinetron...
Coba bayangkan....
pemain teater mesti baca naskah dan ngafalin naskah....
pemain teater kalau salah dipanggung ya harus lanjut...
suaranya harus kuenceng.... menggelegar membahana...
lha kalau pemain sinetron...
baca naskah di tempat syuting...enggak perlu ngafalin banget-banget
kalau salah omong atau salah gerak... tinggal... CUT!!!
Suaranya pelan-pelan saja enggak apa-apa.... kan ada mik yang super sensitif
Saya lho... 5 Tahun jadi pemain teater.... enggak pernah mau main sinetron....
Lha yang nawarin juga enggak ada........
Tulisan: Hari Untung Maulana
Ketika saya membuat tulisan yang ke-6
Saya baru ingat... ada yang terlupa...
tak pikir-pikir lagi....
Lha kok cuma 9 ya?
Apaaaa gitu yang kelewat...
Lha kok ternyata... malah inti dari teater itu sendiri....
........... PARA PEMAIN.
Sumpah Suer Potong Leher... enggak sengaja lupanya.
Seharusnya pemain tuh ada diurutan ke-3 setelah sutradara...
ada naskah, ada sutradara, nah selanjutnya sutradara milih tokoh..... getho lho maksudnya...
ya udah, enggak usah dirasan nemen-nemen (dirasa banget-banget) kita lanjut okeh..
Kadang, sutradara sudah punya gambaran siapa saja yang akan diajak main...
itu karena, ketika membaca naskah.... sutradara tuh sudah berpikir..."Kayaknya si Harun cocok nih".
tapi ada juga sutradara yang secara terbuka mengadakan program casting.
calon pemain tuh harus ikut casting atau diajak sutradara....
Kalau Anda casting aja enggak ikut.... terus enggak juga diajak sutradara untuk main.... apalagi ternyata enggak ikut teater..... lha kok ndilalah ya enggak suka teater.... Berarti Anda jangan mengharapkan jadi pemain....
Seorang pemain teater tuh harus orang yang siap diarahkan.... sutradara punya imajinasinya sendiri...
----lha kalau enggak mau diarahkan sutradara... terus gimana???
Seorang pemain teater harus mau membaca dan menghafal naskah drama yang sebegitu tuebelnya...
----kalau enggak hafal.... apa mau bikin dialog sendiri di pentas... bubrah semua nanti....
seorang pemain teater harus menyediakan waktu yang cukup untuk latihan
----pemainnya ada lima.... rupa-rupa warnanya... merah kuning kelabu hijau muda dan biru..... Lha terus si hijau jarang ikut latihan... empat yang lain ya bingung... apalagi kalau si hijau banyak dialog dengan tokoh yang lain... kalau sudah enggak bisa diatur... ya di dor saja.
Seorang pemain teater harus orang yang sabar...
----kadang sutradara suka berubah-ubah arahannya... sabar.
----kadang temen mainnya enggak datang.... sabar
----kadang mesti latihan sampai dini hari.... sabar
----latihan 3 bulan pentas 2 jam enggak dibayar.... sabar
----mukanya di celomet celemot... di ubyek-ubyek.... sabar
----udah abis pentas...capek...gerah...lapar...ngos-ngosan.... ada yang nyeletuk.... actingnya jelek...
SIAPA???? SIAPA YANG BILANG!!!! MANA ORANGNYA!!!
Seorang pemain teater itu, harus melakukan observasi
Saya misalnya akan berperan jadi kakek-kakek yang pernah kena stroke
lha kan saya harus mengamati kakek-kakek seperti itu tho....
cara jalannya bagaimana?
cara bicaranya bagaimana?
cara ndehemnya bagaimana?
cara pegang gelasnya bagaimana?
cara tidur enggak usah dilihat.... palingan ya merem.
Seorang pemain teater itu punya idealisme yang tinggi lho...
Jarang ada pemain teater yang mau diajak main sinetron...
Coba bayangkan....
pemain teater mesti baca naskah dan ngafalin naskah....
pemain teater kalau salah dipanggung ya harus lanjut...
suaranya harus kuenceng.... menggelegar membahana...
lha kalau pemain sinetron...
baca naskah di tempat syuting...enggak perlu ngafalin banget-banget
kalau salah omong atau salah gerak... tinggal... CUT!!!
Suaranya pelan-pelan saja enggak apa-apa.... kan ada mik yang super sensitif
Saya lho... 5 Tahun jadi pemain teater.... enggak pernah mau main sinetron....
Lha yang nawarin juga enggak ada........
Langganan:
Postingan (Atom)