Rabu, 11 September 2013

10 Unsur Pementasan Teater. (1) Naskah

Naskah Teater
Tulisan: Hari Untung Maulana

Pementasan teater tuh, benar-benar sebuah kegiatan yang melibatkan hampir seluruh unsur seni... baik seni sastra maupun seni rupa, baik seni dua dimensi maupun seni tiga dimensi...

Berikut adalah unsur-unsur teater yang menopang jalannya sebuah pertunjukan

Naskah
Mau naskah yang kayak gimana? 
tinggal cari di internet... buanyak...
atau maen dong ke sanggar kelompok teater yang ada di kotamu...
pinjam naskah gitu...

Naskah teater terdiri atas (yang betul terdiri atas... bukan terdiri dari) 3 bagian: Prolog - Dialog - Epilog
Bagian prolog biasanya berisi narasi awal dari cerita.
Bagian dialog berisi rentetan ucapan para tokoh
Bagian epilog berisi narasi tentang akhir dari sebuah cerita

Murid-murid saya itu lho... kalau disuruh pentas... pasti ada satu orang milih jadi narator...
saya tanya,
"Narator itu yang mana... ??"
jawabnya... "Yang bacain narasi di awal naskah itu lho Pak Guru..."
Kok ya enak nget, cuma bacain narasi di awal dan di akhir...

Lagipula, selama saya main teater, narasi (prolog) itu bukan dibacakan tetapi langsung dipentaskan.
begini lho maksudnya...

Kalau prolog sebuah naskah drama tertulis seperti ini...

Siang menggelepar, pasar terbakar, para pedagang berlarian menyelamatkan dagangannya. seorang kakek renta tertatih membopong sekeranjang buahnya. seorang anak terlepas dari pegangan ibunya berteriak ketakutan. Seorang lelaki berlari mengangkut dagangan yang diikuti oleh pedagangnya.

Nuaaaahhh....
Prolog itu bukan dibacain sama orang dibalik layar... tetapi, langsung dipentaskan.
Jadi, begitu MC sudah selesai menjalankan tugasnya...
                      "Penonton.... persembahan dari Teater Peron... Karya dan Sutradara.... Hari Untung Maulana... dalam lakon... Gantengnya Diriku... Selamat Menyangsikan (ini gak salah tulis lho... ini sengaja)...

Terus lampu mak jemebyar... gitu..
Langsung deh... dipanggung terdengar suara orang berteriak ...:Kebuakarannnnnn!!!"
Diikuti dengan orang-orang berlarian... terus keluar kakek-kakek bawa gembolan... jalannya nunak..nunuk...nunak...nunuk... terus ada anak kecil nangis...cariin ibunya. suasana di panggung ya panik gitu deh.... makin lama main berkurang orangnya... terus habis...
Nah... baru tuh... tokoh pertama keluar...

                  "Sudah 20 tahun aku berjualan di pasar ini." Habis sudah daganganku dilalap api...dst.

Selain prolog - dialog - epilog, kita mengenal lagi istilah kramagung...(Apaan Tuh :Gaya Bang Jaja)

Enggak usah saya kasih tahu artinya, saya langsung kasih contohnya saja ya...

                        Kucrit : (Melangkah menuju jendela) Ibu mana ya, sudah sore kok belum pulang.

Kalimat yang di dalam kurung, dicetak miring, dan dipertebal itulah yang namanya Kramagung.

Tetapi.... entah ya, menurut saya, kramagung tuh malah jadi membatasi sutradara dalam mencurahkan kemampuannya.  Coba, kalau dialog di atas tidak diberi kramagung... Pasti sutradara bisa saja menyuruh kucrit untuk melangkah menuju pintu, atau melangkah menuju kamar, atau bahkan melangkah menuju toilet.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih sudah memberi masukan