Mengajar Menyenangkan Pelajaran Bahasa Indonesia
oleh: Hari Untung Maulana
Bertelepon - Unsur-unsur Intrinsik Drama - Menulis Pengalaman Pribadi
ANEKDOT
Bertelepon
Guru dapat memberikan etika bertelepon. Setelah itu,
ceritakan anekdot ini.
Pada suatu hari seorang pembantu
rumah tangga yang buta teknologi mencoba untuk mengangkat telepon. Tetapi, cara
dia memegang gagang teleponnya salah. Bagian untuk bicara diletakkan di
telinga, dan bagian untuk mendengar diletakkan di bibir, dengan PD-nya dia
berhalo-halo.
Pembantu : “Halo-halo…halo-halo…”
Menyaksikan hal itu sang nyonya
cuma tersenyum
Pembantu : “Halo…halo…
Nyah, ini koq enggak ada suaranya.”
Nyonya : (masih
tetap tersenyum) “Oh, itu karena bibi terbalik.”
Pembantu : “Ooo
gitu ya nyah, (kembali ke gagang telepon) Loha…loha…”
Nyonya : (gabruk)
ANEKDOT
Unsur-unsur intrinsik drama
Karakteristik
(teater)
Ketika menjelaskan
tentang karakteristik, ceritakan bahwa ada salah satu karakter yang Anda miliki
yaitu perasa. Ceritakan (fiksi, tapi ceritakan seolah-olah Anda pemerannya).
“Saya itu orangnya perasa sekali, dahulu orang tua saya pernah menemui kepala
sekolah dan mengatakan bahwa saya sangat perasa. Jika melihat orang menangis
maka saya akan ikut menangis. Jadi orang tua saya usul agar jika saya nakal,
yang dipukul teman sebangku saya saja. Saya pasti juga merasakan sakitnya.
ANEKDOT
Menulis pengalaman pribadi (sumber dari internet)
Ini adalah sebuah pengalaman pribadi, kisah fiksi yang
terserak di antara pengalaman pribadi lainnya di internet. Guru dapat meminta
seorang siswa untuk membacakan pengalaman ini di depan kelas.
Ini pengalaman di Changi Airport
waktu menunggu pesawat pulang ke Indonesia. Entah kenapa tiba-tiba perut saya
terasa mulas. Langsung saja saya masuk ke WC yang saat itu kebetulan sepi.
Belum semenit duduk, saya dengar suara bapak-bapak berkata.
Bapak2: "Gimana Dik? Baik aja?" Kedengarannya dari WC sebelah.
Kaget juga, darimana dia tahu saya orang Indonesia. Karena saya tidak biasa ngobrol sama orang yang belum dikenal maka saya jawab aja
Saya: "Ya, baik". Eh, dia nanya lagi:
Bapak2 : "Sekarang gimana, sudah terasa lega?"
Wah, pertanyaan macam apa itu? Ada-ada saja. Baru juga nongkrong semenit, jadi saya jawab aja sekenanya,
Saya: “Lumayan". Dia jawab lagi:
Bapak2: "Sama dong ... tapi saya ada masalah dikit nih"
Saya mulai curiga, lalu gantian saya yang tanya.
Saya: "Masalah apa pak?" Dia langsung jawab:
Bapak2: "Iniii ... ada orang kepo di WC sebelah ikut-ikutan menjawab pertanyaan saya, gimana kalau nanti saya telepon lagi? Ya ... sampai nanti ..." *tut*
Bapak2: "Gimana Dik? Baik aja?" Kedengarannya dari WC sebelah.
Kaget juga, darimana dia tahu saya orang Indonesia. Karena saya tidak biasa ngobrol sama orang yang belum dikenal maka saya jawab aja
Saya: "Ya, baik". Eh, dia nanya lagi:
Bapak2 : "Sekarang gimana, sudah terasa lega?"
Wah, pertanyaan macam apa itu? Ada-ada saja. Baru juga nongkrong semenit, jadi saya jawab aja sekenanya,
Saya: “Lumayan". Dia jawab lagi:
Bapak2: "Sama dong ... tapi saya ada masalah dikit nih"
Saya mulai curiga, lalu gantian saya yang tanya.
Saya: "Masalah apa pak?" Dia langsung jawab:
Bapak2: "Iniii ... ada orang kepo di WC sebelah ikut-ikutan menjawab pertanyaan saya, gimana kalau nanti saya telepon lagi? Ya ... sampai nanti ..." *tut*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terima kasih sudah memberi masukan