Oleh: Hari Untung Maulana
Dalam kehidupan sehari-hari
bahasa
memang ‘yang penting nyambung’,
saat ngobrol dengan teman, tetangga, dan orang
tua sering kali kita menggunakan paham itu. Memang benar, jika ada yang
menggunakan kata-kata tidak baku atau kalimat-kalimat yang ‘berantakan’ tidak
akan ada bapak Polisi yang tiba-tiba menangkap kita.
Namun, kadangkala jika lawan bicara
kita iseng, kalimat-kalimat yang kita lontarkan kerap menjadi bahan tertawaan
karena makna yang berbeda.
1.
Seorang
lelaki berdoa dengan khusuk di sebuah musala. “Ya Allah, hamba sudah berobat
kemana-mana, panyakit saya tak kunjung sembuh. Sembuhkanlah penyakit saya ya
Allah”. Pria tua di sebelahnya senyum-senyum. Usai berdoa lelaki itu hendak
beranjak pergi, tetapi ditahan oleh orang tua tadi.
“Bagaimana
akan sembuh, kalau doanya salah.”
“Hah,
salah bagaimana Ki?”
“Lha
kamu punya penyakit; diobatin; penyakitnya udah mau mati dan hilang malah didoakan
biar penyakitnya sehat lagi.”
“Maksudnya
Ki?”
“Iya,
seharusnya doanya sembuhkanlah diri saya atau hilangkanlah penyakit saya, bukan
penyakitnya yang mau mati malah disembuhkan.”
“Betul
juga ya Ki.”
“He…he…he...
aki cuma bercanda. Allah Mahapaham apa yang diminta hambanya.”
2.
“Ada
apa Mi?”
“Itu,
orang-orang mau lihat iring-iringan jenazah keluarga Pak Husen.”
“Memangnya
keluarga Pak Husen kecelakaan?”
“Tidak,
beliau dibunuh perampok, mau ikut lihat gak?”
“Enggak
ah, takut aku.”
“Takut?”
“Iya,
lagian yang dilihat iring-iringan jenazah sih.”
“Terus,
kenapa?”
“Berarti
yang iring-iringan jenazahnya dong.”
“Maksud
saya, iring-iringan pengantar jenazah Mi, puas?”
“Hehehe…”
3.
Proses
pembangunan sebuah rumah. Sang mandor memberi perintah
“Encup,
Sidik, hati-hati kalau ngaduk semen di
situ. Banyak beling. Kalau ngaduk pakai sepatu bot ya.”
“Memangnya
bisa ya Bos, ngaduk pakai sepatu bot, bukannya ngaduk itu harus pakai pacul
atau sekop?”
4.
“Sedang
apa Son?”
“Aduh,
aku lagi sakit panas dalam nih.”
“Minum
larutan penyegar dong.”
“manjur
tidak tuh?”
“Baca
nih, Larutan penyegar, menghilangkan panas dalam, sariawan, hidung tersumbat,
dan bibir pecah-pecah.”
“Hiii,
tidak mau saya.”
“Kenapa?”
“panas
dalam hilang, hidung tersumbat hilang, bibir pecah-pecah juga hilang,”
“Iya,
ya, nanti kamu jadi gak punya hidung sama bibir dong, ikut hilang sih.”
“Hahaha”
5.
Obrolan
beranda
Bu Marni : Lihat tuh bu anak-anak zaman
sekarang, yang laki-laki pakai anting-anting, yang perempuan malah tidak pakai
apa-apa.
Bu Hindun : Masak sih bu, tidak pakai
apa-apa, telanjang dong.
Bu Marni : hehehe
6.
“Pasang
apa Di?”
“Ini,
pasang pengumuman.”
“Pengumuman
apa?”
“Rumah
ini mau dijual”
“O,
memangnya rumah ini bilang sendiri ke kamu.”
“Maksudnya,”
“Iya,
rumah ini mau dijual, kesannya dia sendiri yang bersedia dijual.”
7.
“Semenjak lulus, saya sudah jarang bertemu
Kiki.”
“O,
kalau saya pernah.”
“Kamu
suka ketemu Kiki, Cin”
“Enggak,
enggak suka. Habisnya dia sering kentut sih.”
“Maksud
saya, kamu sering ketemu Kiki, Cin?”
“O,
enggak cuma sekali kok.”
8.
Suatu
siang di jalan sebuah perumahan. Suasana sepi. Seorang tukang sayur
berteriak-teriak selantangnya, sengaja membangunkan ibu-ibu rumah tangga yang
mungkin sedang tidur-tiduran atau tidur benaran.
Tukang sayur : SAYUR… SAYUR…SAYUR…
SAYUR BU… AYO JANGAN TIDUR MELULU…
Seorang ibu keluar dengan tergopoh-gopoh
Ibu : MANG, PUNYA OTAK GAK?
Tukang sayur : Wah, maaf bu sudah habis
tadi pagi
Ibu : Pantasan, siang-siang orang sedang pada tidur
malah teriak-teriak. (Masuk sambil membanting pintu meninggalkan tukang sayur
yang cengengesan.)
9.
“Salat
dahulu yuk”
“Dimana?”
“Di
masjid depan lah.”
“Enggak
ah, serem.”
“Serem?”
“Iya,
habisnya di depan masjid itu ada tulisan ‘Yang membawa hape harap dimatikan’.
Berarti yang dimatikan orangnya yang bawa dong.”
“Bener
juga ya, hiii…”
10. Ujian tengah semester akan segera
dimulai. Guru pengawas berteriak, “Sebelum ujian dimulai…SIAPA YANG MAU
KENCIIIIINNGGGG!!”
Semua
kompak menjawab
“GAAAKKKK
DOOYAAAANNNN”.
11. “Kita harus laporkan pak UUY ke
kantor polisi,” ujar pak Sabeni sambil terengah-engah. Pak RT yang dilapori
bingung-bingung gimana gitu.
“Memangnya
ada apa?” ujar Pak RT setelah agak sadar.
“Tadi
waktu saya ajak pak Uuy Ronda, di bilang ‘sebentar, saya mau nidurin anak saya
dulu’, parah gak tuh!”.
12. Bagaimana
bu, pengalaman mengajar pertama? Tanya kepala sekolah kepada seorang guru baru.
Anak-anaknya pada berisik ya Pak di kelas.
Kalau berisik di diemin aja bu.
Iya Pak, saya diemin aja mereka, terserah mau apa mereka
13. Seorang
bapak tampak mengobrol dengan seorang tukang rumput di halaman sebuah rumah.
“Rumputnya bagus-bagus ya Mas.”
“Iya Pak ini rumput khusus taman. Mahal lho Pak”
“Saya minta sedikit bisa gak mas. Buat saya kembangin di
rumah saya”
“Wah gak bisa pak”
“Memangnya kenapa mas? Sedikit aja kok”
“Tapi rumput ini gak bisa dikembangin pak”
“Lho, jadi harus ditanam satu-satu.”
“Bukan gitu Pak, maksudnya rumput ini gak bisa
dikembangin... kan rumput memang enggak keluar kembang Pak.”
14. Di depan sebuah pabrik
“Ada apa rame-rame Din”
“Itu para buruh lagi pada mogok”
“Mereka menuntut apa?”
“Mereka menuntut agar gajinya segera turun”
“Haduh... kalau saya mah, maunya nuntut agak gajinya
segera naik Din”
15. Obrolan
para guru penghafal Alquran
Guru 1: Target kita, bacaan quran anak-anak itu benar,
tidak ada kesalahan baca.
Guru 2: Kalau fokus pada benarnya cara baca, lantas
target hafalannya bagaimana?”
Guru 1: Sembari memperbaiki bacaan anak-anak, kita minta
menghafal... yah sambil jalan aja menghafalnya
Guru 2: Sambil
duduk dan konsentrasi menghafal saja
susahnya minta ampun,
malah sambil jalan
16. Itu
suara motor siapa?
Enggak tahu, tapi kalau dari suaranya sih, sepertinya
istri saya.
Ya ampun, jadi suara istri kamu kayak suara motor
Maksudnya suaranya seperti suara motor istri saya
17. Pembeli:
Mas, cendolnya mana? Kok isinya dikit banget, kebanyakan airnya.
Penjual: o iya, sesuai namanya Mas, dawet ayu banyumas,
jadi isinya ya cuma banyu mas
18. Seorang
ibu usai melakukan perawatan tubuh di sebuah salon. Masuk ke dalam mobil yang
disopiri suaminya. namun sepertinya ibu itu kurang rapat menutup pintu mobil.
Suaminya berkata, “mama, kurang kencang.” Istrinya menjawab, “iya lah pa, namanya juga
perawatan kulit, ya gak bisa sekali lah biar kencang. Besok kesini lagi ya Pa”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terima kasih sudah memberi masukan