Jumat, 16 Juni 2017

Tugas Dasar Wali Asrama

oleh: Hari Untung Maulana

Menjadi seorang wali asrama di sekolah berasrama, tentu harus memiliki skill khusus dan passion yang mendukung serta kemampuan menjiwai amanah sebagai pengganti orang tua.

Makin banyak siswa yang berada dalam pengawasan seorang wali asrama, maka makin banyak kepala yang harus kita pahami satu-satu karakteristiknya.

Ingat, pertanyaan dari orang tua.... "Anak saya bagaimana Pak?" akan selalu terlontar dari benak orang tua semua.

Memahami karakteristik anak di asrama menjadi standar minimal seorang wali asrama.

Hal yang harus dilakukan agar seorang wali asrama (atau guru) mampu memahami anaknya adalah:

1. Serius mau menghafal nama dan wajah
2. Ingat-ingat kebiasaan yang menjadi ciri khas si anak
3. Ingat-ingat momentum / peristiwa ketika wali asrama bertemu si anak
4. Ingat-ingat hobinya
5. Ingat-ingat ciri fisik yang khas pada diri si anak dan kaitkan dengan namanya

Untuk mempermudah kegiatan hafal menghafal di atas, seorang wali asrama dapat dibantu dengan

1. Menyebarkan angket penilaian diri sendiri
2. Bertanya pada guru wali kelas atau guru mapel
4. Menyebarkan angket penilaian dari teman
5. Melakukan pengamatan sekaligus menginventarisasi hal-hal yang bisa dilaporkan pada orang tua.

Mulai tahun ini, insya Allah saya menjadi wali asrama di Pesantren Nurul Fikri Boarding School Serang. Semoga lancar amanah barunya. Aamiin

Postingan selanjutkan akan sangat dekat dengan keasramaan.

Sapaan dalam Kultum, Khotbah, atau Pidato

oleh: Hari Untung Maulana

Barusan disuruh ngisi kultum abis tarawih... siangnya bikin-bikin naskah, akhirnya sih jadi... Nah, dalam naskah yang saya buat, terselip sapaan-sapaan hasil kreasi sendiri... gak banyak sih... tapi jadi penasaran bikin yang lainnya... coba aaaaah...

1. Semua sehat ya... kita doakan semoga yang sakit cepat mati... penyakitnya

2. Para hadirin yang semoga selalu dibenci setan (alih-alih disayang Allah)

3. Sahabat-sahabatku yang dirahmati Allah, semoga kita semua masuk dalam Jannah-Nya... Aamiin... Karena mereka yang masuk ke dalam surga Allah adalah mereka yang selalu bersyukur dan bersabar. Kalian bersyukur karena bersahabat dengan saya... dan saya bersabar karena bersahabat dengan kalian semua.

4. Kepada teman-teman mantan jomblo seperjuangan yang satu persatu meninggalkan saya setiap Syawal. Hari ini, kembali kita dihadapkan pada kursi pelaminan salah satu almamater kita...(sambutan di acara resepsi pernikahan teman)

5. Jika ada kata-kata yang salah datangnya dari saya... Jika ada kata kata yang benar datangnya dari Kamus Besar Bahasa Indonesia

6. Assalamu 'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh... Karena Allah cinta yang ganjil... maka salam saya ..... (jeda)... cukup satu saja.

7. Izinkan saya berdiri di sini untuk menyampaikan ratusan patah kata kepada para tetamu sekalian....

8. Teman-teman yang saya cintai dan yang mencintai saya...

Kamis, 08 Juni 2017

Kerancuan di sekitar kita

oleh: Hari Untung Maulana

Mungkin masih banyak diantara kita yang tidak menyadari, bahwa beberapa konstuksi bahasa yang kita hasilkan saat berkomunikasi menimbulkan kesalahan. Kesalahan ini disebut sebagai kerancuan atau kontaminasi.

Kerancuan sendiri pada dasarnya kerap tidak disadari oleh pengguna bahasa, apalagi yang memang tidak memahami bahasa sebagai sebuah sistem yang dibentuk berdasarkan aturan-aturan. Namun, ada juga pengguna bahasa yang sudah menyadari bahwa kata atau kalimat yang dikeluarkannya adalah salah, namun tetap digunakan karena berbagai alasan

Seorang guru bahasa Indonesia atau praktisi bahasa, mungkin akan mempertahankan kerancuan dalam ujarannya atau tulisannya, jika kerancuan tersebut sudah berlaku umum dalam masyarakat sekitar atau pada lingkungan setempat.

berikut di bawah ini beberapa contoh kerancuan yang kerap dilakukan dalam masyarakat kita.

1. syah dan sah
Kedua kata di atas memiliki kemiripan bunyi, kata syah berarti raja, sedangkan kata sah berarti resmi. Pada beberapa kesempatan, mislanya pada saat pernikahan. Orang-orang kerap menggunakan kata Syah untuk menunjukkan bahwa kedua mempelai telah resmi menjadi sepasa suami istri.

2. seterah dan terserah
Kata yang betul adalah terserah, namun dalam komunikasi sehari-hari, kita masih sering mendengar penggunaan kata seterah. Padahal, kata seterah tidak akan ditemukan maknanya dalam kamus

3. semakin hari
Kata semakin atau makin atau kian seharusnya diikuti oleh kata sifat. Misalnya, semakin dingin, semakin lama, semakin kuat, kian jauh, makin besar, dan lain-lain.

Kata semakin, makin, dan kian, tidak pernah diikuti dengan kata benda. Misalnya, semakin meja, semakin tahun, makin kucing, kian tanah.

Penggunaan kata semakin hari tampaknya merupakan sebuah kerancuan dari dua ungkapan yang berbeda
a. semakin lama
b. hari demi hari
keduanya tercampur sehingga membentuk ungkapan semakin hari

4. dan lain sebagainya
ungkapan ini juga perpaduan dari dua ungkapan
a. dan lain-lain
b. dan sebagainya

penggunaan 'dan lain sebagainya' perlu dihindari, karena bentukan 'dan lain-lain' dan 'dan sebagainya' memiliki makna yang berbeda.

'dan lain-lain' berfungsi untuk menyebutkan benda-benda yang tidak sejenis
contoh:
Untuk membuat rumah, ayah memerlukan pasir, semen, kayu, gergaji, dan lain-lain
Ibu memelihara ayam, kambing, kelinci, bebek, dan sebagainya (binatang ternak)

Sedangkan, 'dan sebagainya' untuk menyebutkan benda yang sejenis.
Contoh:

Binatang karnivora yang ada di kebun binatang kami adalah harimau, macan, serigala, dan sebagainya.
Buah yang dijual ibu adalah mangga, melon, jeruk, dan sebagainya.