Selasa, 14 Mei 2013

Bukan Naskah Stand Up Comedy: Behind The Skin

Oleh: Hari Untung Maulana


Judul di atas enggak salah. Behind The Skin... di balik kulit.
Materi saya kali ini adalah bagaimana melihat apa yang ada di balik sebuah kulit stand up comedy,
yaitu.... Persiapan.

Kata siapa seorang comic berdiri di depan penonton tanpa persiapan.
Siapa yang bilang? Mana orangnya? bawa sini.....!!! emosi saya...

Persiapan seorang comic tuh sangat berat. Berdirinya seorang comic di depan penonton tidak bisa dipandang sebelah mata, dicium sebelah hidung, disun sebelah bibir, dan didengar sebelah kuping. Kalau semua dilakukan penonton, silakan, saya yakin gak ada yang betah sampai akhir.

Walau cuma ngelawak, tapi bayangkan, kalau lawakan kita ternyata tidak membuat penonton tertawa... apa enggak menyedihkan tuh. Tapi saya meyakini... seorang pelawak yang tidak lucu adalah pelawak yang paling lucu.

Saat ini saya bukan mau menggurui apalagi menggepala sekolahi. saya cuma mau sedikit share saja, apa saja yang bisa dilakukan sebagai persiapan sebelum stand up


Banyak baca koran, majalah, atau buku
Usahakan, seorang comic membaca media kapanpun, dimanapun. Punya duit atau tidak. 
Kalau punya ya beli, belinya di toko majalah, Jangan toko tanaman....  
Tapi kalau nyari di warung sayur malah ada tuh. Caranya, Anda beli cabe... pasti dapet bungkus koran tuh... Nah, kumpulin aja bungkus cabe... pasti ada informasi lah yang didapat.

Kalau naik angkot dan orang di depan atau di samping kita lagi baca koran... Jangan sia-siakan
Ikut baca... tapi harus cepat. dan kalau kita ketahuan nebeng, maka kita harus pura tidak melakukan. karena hal itu masih dianggap tidak sopan.

Berita hari ini akan menjadi sejarah masa depan.
Karena kita hidup hari ini, jadi kita bisa menceritakan besok di masa depan
kalau kita tidak mengikuti berita hari ini, tentu kita tidak bisa menjadi comic di masa depan.

Seorang comic harus bisa membaca suasana, menganalisis situasi, menilai wacana, menimbang prahara, dan menarik kesimpulan dari apa yang terjadi di sekitarnya. Jangan terlepas dari nilai-nilai kehidupan.

Isi comic harus membumi jangan melangit. dekat dengan persoalan masyakarat, dan harus bisa dinikmati oleh masyarakat.

Masyarakat sudah terlalu bludrek dengan kondisi kehidupan saat ini,
seorang comic harus bisa mencairkan segala permasalahan menjadi canda dan tawa.
Jangan malah menambah masalah masyarakat.

Jadi orang lain
Untuk memudahkan mencari ide... cobalah menjadi orang lain. misalnya...

"Selamat malam.... Ceritanya, saat ini saya adalah seorang penganggur yang baru dipecat dari pekerjaan.
Ternyata, hari-hari pertama saya menganggur, saya masih mengalami post working sindrome. 
Sebuah penyakit yang sering menimpa pengangguran pemula.  
Tadi pagi saya melompat dari tempat tidur karena jam sudah menunjukkan pukul 08.00... 
Saya ada janji meeting 150 juta pukul 07.00.  
Saya langsung kaget dan buru-buru mandi. 
Saya lupa kalau sudah tidak lagi bekerja. 
Saya menyesal, masalahnya, semalam saya bela-belain gak nonton bola, karena saya berpikir saya besok harus kerja.

atau

"Selamat siang... Kalau Anda melihat saya sekarang ini, saya bukan Hroen yang biasanya. Saya adalah Parjo, seorang pemuda lugu yang baru datang dari desa. Pagi tadi saya baru sampai dari kampung. Saya pikir saya naik bis 12 jam itu, turun-turun sudah sampai kota... Lha kok ini malah sampai kampung juga... Kampung Rambutan.

Penampilan dengan berpura-pura menjadi orang lain. 
akan meminimalisasi kebohongan
Kadang kala, seorang comic harus sedikit berbohong untuk mengejar kelucuan. 
Nah, kalau sejak awal kita sudah memperkenalkan bahwa diri kita adalah seorang tokoh fiksi... 
Tentu penonton akan paham bahwa apa yang akan kita bicarakan ke depan adalah sesuatu yang tidak real. 

Menjadi orang lain, bisa dibantu dengan kostum.
Ingat, stand up comedy adalah sebuah seni pertunjukan. intinya untuk menghibur penonton
sebuah pertunjukan -layaknya teater, pembacaan cerpen, pembacaan puisi, atau tarian- tentu dibutuhkan persiapan matang.
Memang sih, seorang comic, kadang cukup hanya dengan memakai kaos dan celana jeans belel di tambah sedikit jas. 
Tapi ketika Anda tampil berkostum. Maka pertunjukan Anda akan tampil maksimal.

Jangan P0r-n0
Materi p0r-n0 dalam stand up comedy kadang-kadang membuat sedikit tersenyum. Tapi asal tahu saja, dan tentu sudah tahu... Kalau Anda perform di televisi... maka, kata-kata p0r-n0 Anda akan di -tiiiiiiiiiiiiitttt- oleh pihak stasiun. kenapa? soalnya kereta harus berangkat.

Bagaimana jika konten p0r-n0 keluar ketika Anda sedang live.
Di panggung perpisahan sekolah misalnya, Maka tidak ada lagi sensor yang sempat meng -tiiiiiiiiiiiiitttt- ucapan Anda.
Ternyata, tidak semua orang suka dengan konten p0r-n0 .Apalagi jika salah satu gender dijadikan objek penderita.
Bahkan kadangkala, keluar penilaian dalam diri terhadap comic sendiri, bahwa dia itu omes.

Selain dosa, menurut saya, konten p0r-n0 emang cuma pantas dikeluarkan untuk orang mesum oleh comic mesum.

Jangan nge-Bully 
Pernah nonton film 'the Mask' kan?, disitu ada adegan ketika seorang comik di bully sama penontonnya, siapa lagi kalau bukan si the Mask. kenapa tuh comic sampai di bully sama penontonnya, karena awalnya dia nge-bully si Mas Mask.

Ngebully dalam stand up comedy di amrik sana sudah biasa. tetapi tentu tidak jika di Indonesia. maksud ngebully adalah ketika materi komedi kita menjelek-jelekkan penonton atau comic yang lain atau orang yang tidak ada di sana. kalau cuma sekali aja mungkin belum bisa disebut ngebully. Tetapi, kalau sudah sering, dan yang diincer hanya 'dia'. berarti sudah masuk tuh kategori ngebully.

Saya lebih suka kontent acara-acara jebakannya luar sana dari pada Indonesia. semisal just for laugh, kenapa? karena untuk mengejar kelucuan, mereka enggak ngebully orang lain, tapi malah ngebully diri sendiri. demi orang lain.


Mohon maaf, jika ada kata-kata yang salah, jangan dilaporkan ke KPK, emangnya saya korupsi?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih sudah memberi masukan