Cie...cie...cie... ceritanya bikin skenario... aduuhh... ini mah cuma coba-coba...
Mohon ampun kepada penulis skenario yang sudah terkenal... kalau karya saya ini banyak kesalahan.
FILM LAYAR
LEBAR
MENYAMBUT
IDUL FITRI
SANDAL HILANG
Ketika kita melakukan
kesalahan.
Atau mengganggap orang lain
yang bersalah
Mungkinkah kita mengaku
salah.
Penulis
HARI UNTUNG
MAULANA
Mulai mencipta: 14 Juni 2007
pukul 09.00
Diawali dari coret-coretan
untuk membuat novel.
Dibuat disela-sela acara
pelatihan Kurikulum KTSP.
Diikuti dengan membaca buku
“Jangan Cuma Nonton, Jadilah
Penulis Skenario Profesional” karya Sony Set
Selanjutnya…,
penulis tertantang untuk menjadikan coret-coretan
tadi sebuah skenario
SINOPSIS
Hasan kehilangan
sandalnya di masjid usai Shalat Jumat. Dia melihat seorang anak kecil memberikan
sandalnya pada seseorang yang tampak menyeramkan. Hasan mengikuti mereka.
Sesampainya di rumah mereka, Hasan nekat mengambil kembali sandalnya. Tetapi
sayang, Hasan ketahuan oleh anak kecil dan lelaki seram itu. Sejak saat itu,
Hasan merasa terhantui oleh lelaki seram tersebut. Hasan tidak dapat Shalat
dengan tenang di masjid karena tempat kerja lelaki seram itu –sebagai timer di
terminal bayangan angkot- berada dekat dengan masjid. Hasan takut dia akan
diancam atau dipukuli. Agar tidak dikenali oleh lelaki tersebut, Hasan terpaksa
mencukur plontos rambut
Hingga suatu
hari, anak lelaki seram tersebut –Arif-, menjadi santri baru di pengajian
tempat Hasan mengaji –di masjid yang sama tempat Hasan kehilangan sandal-.
Setelah beberapa hari berteman, Hasan harus ke rumah Arif untuk menengok Arif
yang kecelakaan. Di rumah Arif itulah Hasan mengetahui bahwa sandal yang dia
ambil sesungguhnya adalah benar-benar sandal Arif. Sandalnya sendiri hilang
entah siapa yang mengambil. Hasan sadar, akhirnya dia mengembalikan sandal
Arif.
FADE IN
#0. EXT.HALAMAN MASJID.
SIANG
Usai shalat Jumat. Para jamaah keluar. Ada
yang bersarung dan berkoko. Ada
juga yang berpakaian kantoran. Di tengah keramaian, kita melihat seorang lelaki
parlente marah-marah. Dia kehilangan sepatunya. Seseorang (sopirnya) berusaha
menenangkan. Sopir memberikan sepatunya. Tetapi sepatu tersebut dilempar oleh
lelaki parlente. Dia tetap mengomel. Orang di halaman mengamati, termasuk
seorang anak usia 12 tahun. Hasan
POV Hasan: Lelaki parlente
melangkah menjauh. Masih terus mengomel. Menghampiri mobilnya. Sopir membukakan
pintu. Mobil pergi. Hasan mengamat-amati sandalnya.
CUT TO
#1. INT. RUANG TAMU. SIANG
Hasan mengambil kotak sandal
dari atas lemari. Dikeluarkannya sepasang sandal yang terlihat baru.
Diamat-amatinya sandal itu. Diciumnya. Masih wangi toko. Disentuhnya gambar
robot yang tertempel di sandal itu. Hasan tersenyum.
DISSOLVE TO
#2. EXT. JALAN RAYA. HUJAN.
SIANG
Hasan menerima uang dari
lelaki yang menyewa payungnya. Hasan basah kuyup. Kemudian dia berlari.
Menembus hujan. Hasan berhenti di depan sebuah toko sandal. Dia melihat
sepasang sandal di etalase. Hasan mengeluarkan segenggam uang basah dari
kantong celananya. Dihitung. Hasan tersenyum lalu masuk toko. Tidak lama Hasan
keluar membawa sebuah bungkusan. Dia berlari. Cepat. Hasan tak berhenti meski
ada yang memanggil untuk menyewa payungnya.
DISSOLVE TO
#3. INT. RUANG TAMU. SIANG
Hasan menutup kotak sandal.
Diletakkannya kembali kotak itu di atas lemari. Diusapnya sebentar. Kemudian
Hasan berlari ke luar rumah.
INTERCUT TO
#4. INT. KAMAR MANDI. SIANG
Hasan mandi. Ketika sedang
sabunan terdengar suara ramai dari luar rumah.
Anak-anak (VO) : Hasan…hasan… cepet dong
Hasan : (tergesa) Iya tunggu sebentar
CUT TO
#5. INT. RUANG TAMU. SIANG
(tergesa) Hasan memakai
sarungnya. Diambilnya sandal baru dari atas lemari.
Hasan : Pak, Hasan berangkat dulu ya!
Bapak(VO) : (lemah) Ya.
Hasan keluar rumah.
CUT TO
#6. EXT. JALAN KAMPUNG.
SIANG
Hasan jalan beriringan
dengan lima
temannya.
Anak 1 : Hasan sandalnya baru ya?
(empat anak yang lain
langsung melihat sandal Hasan)
Hasan : Iya, beli kemarin abis ngojek payung
Anak 2 : Beli dimana San?
Hasan : Toko sepatu perempatan
Anak 3 : Hati-hati, ilang lho San.
Hasan terkejut, dia
memandang anak yang bertanya. Kemudian dia melihat ke depan. Terdiam. Seolah
sedang memikirkan sesuatu.
CUT TO
#7. INT. MASJID. SIANG
Shalat Jumat baru selesai.
Hasan tidak tenang berdoa. Sesekali dia melihat ke arah pintu. Jamaah masih
ramai. Usai berdoa Hasan langsung beranjak (tergesa). Tiba-tiba Hasan terjatuh.
Dia menabrak lelaki gendut. Hasan meminta maaf. Dia langsung menerobos
orang-orang yang lalu lalang.
INTERCUT TO
#8. EXT. BERANDA MASJID.
SIANG
Hasan berdiri samping pilar
masjid
POV Hasan: Matanya meneliti
sandal-sandal yang masih tersisa. Satu-satu diambil pemiliknya. Hasan tak
melihat sandalnya.
Hasan kebingungan
POV Hasan: Dikejauhan dia
melihat seorang anak kecil (kita panggil dia dengan nama Arif) menenteng
sandalnya. Anak itu menghampiri seorang lelaki kekar dan menyeramkan (ayah
Arif, kita panggil dia Pak Udin). Pak Udin mengambil sandal dari Arif. Kemudian
beliau dan Arif berjalan beriringan menjauhi Masjid. Arif tidak mengenakan
sandal.
CUT TO
#9. EXT. JALAN KAMPUNG.
SIANG
Hasan berjalan perlahan
mengikuti Pak Udin dan Arif. Hasan sembunyi-sembunyi takut ketahuan.
Hasan sembunyi di balik
kandang ayam.
POV Hasan: Pak Udin dan Arif
masuk ke dalam rumah sederhana. Tak lama Pak Udin melemparkan sandal Hasan ke
luar rumah.
Hasan berjalan perlahan
menuju rumah Pak Udin. Setelah memastikan keadaan aman. Hasan mengambil sandal
miliknya. Tiba-tiba perbuatannya ketahuan Arif dari balik jendela
Arif : Pak! Pak! Sandalnya diambil.
Hasan terkejut dia langsung
melihat anak tersebut dan berlari. Tak lama terdengar suara Pak Udin
Pak Udin : Hai, berhenti.
Hasan berhenti, menengok
(POV Hasan: Pak Udin berdiri di depan pintu, sambil mengacungkan tangannya),
dan meneruskan larinya.
PAK
UDIN MENGEJAR HASAN. KUCING-KUCINGAN DI PASAR.
CUT TO
#10. INT. RUANG TAMU. SIANG
Hasan membuka pintu rumah
(tergesa) dan langsung meletakkan sandalnya dalam kotak sandal.
Bapak (VO): Siapa tuh?
Hasan?
Hasan : Iya Pak.
Bapak (VO): Masuk rumah kok
enggak Assalamu alaikum sih?
Hasan : Iya Pak, buru-buru. (Hasan masuk ke dalam)
INTERCUT TO
#11. INT. KAMAR BAPAK. SIANG
Hasan masuk. Mengucapkan
salam. Dijawab oleh bapaknya. Hasan mencium tangan bapaknya yang tergolek lemah
di atas tempat tidur kayu. Di sampingnya ada sebuah tongkat terbuat dari kayu.
Bapak : Kamu sudah makan?
Hasan : Bapak Sudah?
Bapak : (tersenyum) sudah. Sana makan dulu.
Hasan : (Menganggaguk) Hasan
makan dulu ya Pak!
Bapak : Sisakan buat ibu ya.
Hasan : Iya Pak.
INTERCUT TO
#12. INT. RUANG TAMU. SIANG
Hasan makan dengan lahap.
Lauknya tempe
dua potong dan sayur asam. Ketika sedang memakan jagung. Hasan melirik ke arah
kotak sandalnya.
DISSOLVE TO
#13. INT. RUANG TAMU. SIANG
Hasan sedang makan. Pak udin
masuk ke rumahnya. Baju Hasan dicengkeram. Ibu ke luar dari dalam kamar. Bapak
berjalan terhuyung pegangan tembok. Hasan diseret keluar rumah. Ibu menangis.
Bapak Mencoba merebut Hasan. Tetapi Bapak terjatuh.
Pak Udin : Saya
akan bawa dia ke kantor polisi.
Hasan : (berteriak)
Bapaaaakk!!! Ibuuu!!!
DISSOLVE TO
#14. INT. RUANG TAMU. SIANG
Hasan tersadar. Pintu rumah
diketuk seseorang. Hasan terkejut. Ketakutan. Hasan mengintip lewat jendela.
Ternyata ibunya pulang.
CUT TO
#15. INT. RUANG TAMU. FAJAR
Terlihat meja tamu
diletakkan di atas kursi. Hasan tidur dilantai dengan beralaskan kasur tipis.
Ruangan gelap. Hanya sinar lampu jalan menerobos sedikit lewat gordyn yang
tidak rapat.
Bapak(VO) : (perlahan
penuh kesabaran) San… Hasan… Bangun nak! Sudah mau subuh.
Hasan : (menggeliat)
Adzan(VO) : Allahu Akbar… Allahu Akbar…
Ibu : (masuk, mengenakan mukena) San… bangun nak,
saatnya Shalat Subuh
Hasan : (Terbangun dan langsung menuju ke kamar mandi)
Ibu : (Menurunkan meja dan duduk di atas kursi)
Suara(VO) : (Suara air.
Hasan mengambil wudhu)
Hasan(vo) : Hasan
berangkat dulu ya Pak.
Bapak(vo) : Ya.
Hasan : (masuk) Hasan berangkat dulu ya Bu (mencium
tangan ibunya).
Ibu : Doakan bapak
ya biar cepat sembuh.
Hasan : ya bu.
Assalamu ‘alaikum
Bapak&Ibu :
(bersamaan) Waalaikum Salam.
INTERCUT TO
#16. INT. KAMAR TIDUR BAPAK. FAJAR.
Ibu masuk ke dalam. Bapak
sudah menunggu. Mereka berdua shalat berjamaah. Bapak imam, mengerjakan sambil
setengah tiduran di atas kasur. Ibu makmum, mengerjakan sambil berdiri di
lantai.
CUT TO
#17. INT. MASJID. FAJAR.
Shalat Subuh baru selesai.
Jamaah mengucapkan salam bersamaan. usai salam, jamaah tidak beranjak dari tempatnya. Mereka membacakan dzikir
bersama-sama. Kepala Hasan menyembul dari safnya (saf pertama). Dia melihat
jauh di saf ke lima.
Diantara jamaah yang ada, Hasan melihat Arif dan Pak Udin. Hasan buru-buru
menyembunyikan kepalanya.
CUT TO
#18. EXT. JALANAN KAMPUNG.
SORE.
Hasan dan ibunya berjalan
beriringan. Hasan dan ibunya membawa keranjang plastik yang ditutupi koran. Masing-masing
sebuah keranjang plastik. Ibunya mengembalikan baju-baju yang sudah disetrika.
CUT TO
#19. EXT. KUBURAN KAMPUNG.
SORE
Ketika Hasan dan ibunya
sedang beristirahat di bawah pohon rindang dekat kompleks pekuburan, terdengar
azan Ashar dari masjid.
Ibu : Kamu Shalat Ashar dulu deh San. Ibu tunggu di
sini.
Hasan : Enggak ah bu, nanti aja. Kan masih ada bajunya Bu Titin. Mending
selesaian dulu baru Hasan Shalat Ashar.
Ibu : Yee… Hasan gimana sih. Kan Hasan sendiri yang
bilang kita harus Shalat tepat waktu. Trus Hasan juga yang bilang ke Ibu, kalo
setiap shalat Hasan maunya di saf pertama. Biar masuk surganya duluan.
POV Hasan : Memegang
sandal jepitnya yang mulai kehilangan warna.
Hasan : Hasan shalat
di rumah aja deh bu, sekali-kali mau shalat jamaah sama bapak.
Ibu : San… kalo bapak bisa jalan sampai masjid aja.
Pasti bapak shalatnya di masjid. Shalat di masjid banyak keutamaannya lho San.
Hasan : Iya deh Bu,
nanti Hasan tetap shalat di masjid. Berjamaah. Tapi mungkin ikut kloter kedua.
Bareng Oom-oom yang baru keluar dari kantor.
CUT TO
#20. EXT. HALAMAN MASJID. MALAM
Shalat Isya baru selesai.
Jamaah mulai bubar. Hasan terlihat berdiri sembunyi di balik pohon yang ada di samping
masjid
POV Hasan : Arif dan Pak
Udin keluar dari masjid. Arif memakai sandal jepit kumal. Terlihat mereka
sedang berbicara sambil berjalan mejauhi masjid.
Setelah hilang di balik
tikungan. Hasan keluar dari persembunyiannya. Melangkah menuju tempat wudhu dan
berwudhu. Hasan tidak sadar diamati oleh Haji Ridwan.
INTERCUT TO
#21. INT. DALAM MASJID.
MALAM
Hasan celingukan. Masjidnya
mulai sepi. Tak lama dia melihat sepeda motor datang. Pengendaranya turun dan
mengambil wudhu. Hasan tersenyum. Ketika pengendara masuk ke dalam masjid.
Hasan menghampirinya.
Hasan : Oom mau shalat Isya ya?
Pengendara: Iya, kenapa?
Hasan : Bareng ya Oom, biar saya dapat pahala
berjamaah.
Pengendara: (tersenyum, Menggangguk)
Hasan : (Iqomat) Allahu akbar… Allahu Akbar
CUT TO
#22. EXT. BERANDA RUMAH.
SIANG
Hasan terlihat sedang
membuat mobil-mobilan dari bambu. Tak lama Ibunya keluar dari dalam rumah.
Ibu : San tolong belikan ibu minyak tanah ya.
(mengulurkan jeriken dan uang)
Hasan : (Langsung berdiri dan menerima jeriken dan
minyak tanah) Berapa liter bu?
Ibu : dua liter aja.
Hasan : Bu, barang-barang ini biar disini aja dulu ya,
nanti Hasan yang beresin.
Ibu : Iya.
Hasan : Assalamu ‘alaikum
Ibu : Wa ‘alaikum salam
CUT TO
#23. EXT. WARUNG KELONTONG. SIANG
Hasan berdiri di depan warung.
Hasan : Beli…. Bu Joko, beli….
Bu Joko : Beli apa San?
Hasan : Beli minyak tanah Bu. Dua liter.
Bu Joko : Mana jerikennya, sini!
Hasan : (menyerahkan jeriken dan uangnya)
Hasan menunggu di tempat
duduk kayu depan toko. Tiba-tiba Pak Udin datang dari belakang Hasan. Pak Udin
tidak memperhatikan Hasan. Tetapi Hasan sudah ketakutan. Dia menyembunyikan
kepalanya. Bu Joko keluar dari warungnya.
Bu Joko : San, ini minyaknya.
Hasan : (tergesa dan berdiri. Tatapannya bertemu dengan
tatapan Pak Udin. Hasan langsung berpaling ke arah Bu Joko) Makasih bu. (Hasan
langsung berlari)
Bu Joko : San… Hasan… Kembaliannya San… (Hasan meneruskan
larinya)
Pak Udin : Anak siapa tadi bu?
Bu Joko : Anak Pak Rusli, kasihan Pak Rusli, sekarang
bisanya cuma tiduran di tempat tidur.
Pak Udin : Kenapa bu?
Bu Joko : Stroke.
Pak Udin : (mengangguk-angguk)
CUT TO
#24. EXT. BERANDA RUMAH. SIANG
Hasan sampai di rumahnya.
Napasnya ngos-ngosan. Dia duduk sebentar di bale-bale yang ada di depan rumah.
Hasan : Assalamu ‘alaikum (sambil membuka pintu dan
masuk)
BapakIbu(VO): Wa ‘alaikum
Salam.
INTERCUT TO
#25. INT. DAPUR RUMAH. SIANG.
Hasan masuk ke dapur dan
menyerahkan jeriken minyak tanah pada ibunya. Napasnya masih ngos-ngosan. Hasan
langsung mengambil air minum dari teko kaleng. Duduk di lantai dan meminumnya. Ibunya
terlihat bingung.
Ibu : Kembalinya mana San?
Hasan : Maaf bu, Hasan lupa minta. Nanti Hasan ke sana lagi.
Ibu : (meneruskan memasak) Kok ngos-ngosan, kamu lari
Hasan : Kan
biar cepet bu. (Hasan terdiam agak lama. Bengong. Tampaknya Hasan sedang
memikirkan sesuatu)
Ibu : Kenapa sih San?
Hasan : Enggak kenapa-napa bu, tapi anu bu, Hasan boleh
minta uang gak bu?
Ibu : Uang? Buat apa (menghentikan memasak)
Hasan : Buat cukur rambut bu. Kepala Hasan kayaknya
gatel banget nih.
Ibu : Emang buat cukur rambut berapa?
Hasan : (tersenyum)
enggak banyak Bu, cuma dua ribu. Hasan mau minta tolong Bang Pendi buat
nyukurin.
Ibu : (mengambil uang dua ribu dari dompetnya dan
menyerahkannya pada Hasan) nih, bilangin Bang Pendi, yang rapi ya.
Hasan : Makasih ya Bu (bergegas pergi meninggalkan
ibunya)
CUT TO
#26. EXT. HALAMAN MASJID. MALAM.
POV Hasan : Arif dan Pak Udin hilang di tikungan
Hasan mengambil wudhu. Terlihat kepalanya yang botak plontos.
INTERCUT TO
#27. INT. DALAM MASJID. MALAM
Masjid sepi. Hasan melihat
ke arah luar. Sepi. Tidak ada orang yang datang lagi untuk shalat Isya. Hasan
shalat sendiri. Usai shalat Hasan berdoa.
Hasan : (menangis) Ya Allah ampunilah hambaMu ini,
sudah dua kali hamba tidak shalat tepat waktu. Sudah dua kali hamba tidak
berada di saf terdepan. Bahkan, kini hamba shalat sendirian. Sekarang hamba
tidak mendapat 27 pahalamu. Ya Allah, ampunilah dosa-dosa Hamba. (Hasan menutup
wajahnya dengan kedua telapaknya, Hasan menangis)
H. Ridwan : (di belakang Hasan) Assalamu ‘alaikum.
Hasan : (terkejut) Wa ‘alaikum salam. (Hasan menghapus
air matanya)
H. Ridwan : Boleh Pak Haji duduk di dekat Hasan.
Hasan : Boleh Pak Haji.
H. Ridwan : (duduk di depan Hasan) Kenapa Hasan menangis?
Hasan : Enggak kenapa-napa Pak Haji.
H. Ridwan : (tersenyum). Pak Haji kangen lho sama suaranya
Hasan kalo lagi pas bilang Amin. Biasanya ada di belakang Pak Haji, kalo Pak
Haji jadi Imam.
Hasan : (Menundukkan kepalanya, diam)
H. Ridwan : Bagaimana kabar Bapak? Baik?
Hasan : (menunduk, mengangguk, diam)
H. Ridwan : Sebelum sakit, Bapak Hasan dulu selalu datang
paling awal ke masjid. Beliau selalu azan. Dulu-duluan sama Pak Haji. Suara
azan Bapak Hasan sangat merdu. Sekaligus membuat orang semangat untuk datang ke
Masjid. Besok Hasan mau gak Azan di masjid.
Hasan : (mendongakkan kepalanya menatap Pak Haji) Takut
ah Pak Haji.
Pak Haji : Lho kenapa? Kan biar shalatnya juga tepat waktu.
Hasan : (tersenyum)
Insya Allah Pak Haji.
Pak Haji : Nah gitu dong.
CUT TO
#28. INT. KELAS. SIANG
Suasana kelas. Para siswa tampak sedang mengerjakan ulangan. Hasan
terlihat serius. Kemudian, Hasan menganggkat tangannya.
Hasan : Bu, kalau sudah selesai boleh pulang gak?
Bu Guru : (tersenyum) Boleh, Hasan sudah selesai
Hasan : Sudah bu. (tergesa, merapikan buku dan peralatan
sekolahnya)
Farhan : (berbisik) San, buru-buru amat.
Hasan : (berbisik) Iya, aku mau azan Ashar di masjid.
Bu Guru : Farhan, jangan nyontek ya!
Farhan : (terkejut. Buru-buru memandangi lagi kertas
jawabannya)
Hasan : (menuju ke meja guru, sudah membawa tas.
Menyerahkan lembar jawaban ulangan) Ini bu.
Bu Guru : Hasan kok buru-buru.
Hasan : (Bangga) Saya mau azan Ashar di masjid Bu.
Assalamu ‘alaikum
Bu Guru : Wa ‘alaikum salam.
CUT TO
#29. EXT. JALAN RAYA. SIANG.
Hasan berlari. Menyelinap di
antara orang-orang yang sibuk. Untuk menuju masjid, Hasan harus melewati sebuah
terminal bayangan. Tempat angkot-angkot ngetem. Makin mendekati tempat itu, Hasan
terlihat memperlambat larinya.
POV Hasan : Pak Udin sedang mengatur angkot yang
berjejer. Di tangannya terdapat sebuah buku besar. Dia tampak sedang mencatat
sesuatu diselingi teriakan kerasnya mengatur angkot. Terlihat pekerjaan Pak
Udin adalah sebagai timer.
Hasan memperlambat larinya.
Lalu dia berhenti di belakang angkot yang berada di barisan paling belakang.
Kepalanya menyembul memperhatikan si Pak Udin.
Ketika Pak Udin menyuruh
angkot untuk maju. Hasan langsung menyembunyikan kepalanya. Angkot yang
disenderi Hasan maju. Hasan hampir terjatuh. Hasan melangkah mengikuti maju
angkot.
Hasan bersembunyi di antara
angkot-angkot. Ikut berjalan di antara orang-orang yang lalu lalang. Dia makin
dekat dengan Pak Udin. Tiba-tiba topi sekolahnya terjatuh. Hasan berusaha
mengejar. Topinya tertendang-tendang orang yang berjalan.
Hasan berteriak-teriak
sambil berusaha mengambil topinya. Pak Udin tertarik dengan keributan suara
Hasan dan menghampiri. Hasan mendapatkan topinya dan berlari menjauh dari
masjid. Hasan sembunyi di Halte. Pak Udin menghentikan langkahnya, melihat ke
arah Hasan. Kemudian terdengar suara azan dari masjid.
POV Hasan : Pak Udin menyerahkan buku besarnya pada
seseorang. Kemudian, melangkah menuju masjid
Hasan terduduk lemas. Menangis.
CUT TO
#30. INT. DALAM MASJID. MALAM.
Suasana pengajian anak-anak.
Ada yang sedang
menghafal. Ada
yang sedang mengaji di depan seorang anak muda. Ada yang sedang menulis kembali apa yang ada
di papan tulis. Ada sekitar tiga pengajar di sana. Pak Haji Ridwan
tampak sedang mendengarkan seorang anak muda membaca Alquran. Hasan sedang menyalin
potongan-potongan ayat yang terdapat di papan tulis pada bukunya. Kemudian dari
arah pintu terdengar suara. Semua menengok ke arah pintu.
Pak Udin : Assalamu ‘alaikum.
Semua : Wa ‘alaikum Salam.
Hasan terlihat terkejut. Dia
menyembunyikan tubuhnya di balik pilar masjid. Dari balik pilar dia
memperhatikan Pak Udin.
Pak Udin : Maaf Pak Haji, bisa saya ketemu Pak Haji
sebentar
Haji Ridwan : Mari, mari silahkan.
POV Hasan : Pak Udin menghampiri Haji Ridwan. Anak muda
menjauh. Pak Udin dan Haji Ridwan tampak memperbincangkan sesuatu.
Hasan ketakutan. Wajahnya pucat.
Haji Ridwan(VO) : Tolong Mas Harun, panggilkan anaknya ke sini.
Mas Harun (VO) : Baik Pak Haji.
Hasan memejamkan matanya.
Langkah Mas Harun serasa ribuan palu menghantam dadanya. Hasan menantikan suara
Mas Harun. Rasanya lama sekali. Hingga…
Arif (VO) : Assalamu ‘alaikum
Haji Ridwan(VO) : Wa ‘alaikum salam.
Hasan mengenali
suara itu, dia menengok dari balik pilar.
POV Hasan : Arif
melangkah menuju Haji Ridwan dan Pak Udin. Pak Udin pamit dan berjabat tangan dengan
Haji Ridwan. Pak Udin meninggalkan Haji Ridwan dan Arif.
Haji Ridwan : Anak-anak coba kumpul dulu sebentar di sini.
Anak-anak riuh. Berkumpul di
depan Haji Ridwan dan Arif. Hasan duduk paling belakang.
Haji Ridwan : Assalamu ‘alaikum Wa Rahmatullahi Wa
Barakatuh.
Anak-anak : Wa
alaikum Salam Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh.
Haji Ridwan : calon penghuni surga yang dicintai Allah.
Saat ini, kita mendapat kawan baru. Biar dirinya saja yang memperkenalkan diri.
Silakan…
Arif : Assalamu ‘alaikum Wa Rahmatullahi Wa
Barakatuh.
Anak-anak : Wa
alaikum Salam Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh.
Arif : Nama saya Arif, usia saya dua belas tahun. Saya
tidak sekolah. Bapak saya namanya Pak Udin. Bapak saya kerjaannya timer angkot.Rumah
saya di RT. 008 RW. 011 NO. 29. Ibu saya sudah meninggal dunia.
Anak 1 : Meninggalnya kapan Rif?
Arif : Waktu ngelahirin Arif. (Arif terlihat tegar)
Haji Ridwan : Ya… cukup dulu perkenalannya. Sekarang, Arif
tanya sama Hasan bagaimana doa mau belajar ya. (Haji Ridwan menunjuk Hasan)
Hasan : (Terkejut) Iya Pak Haji.
Arif : (melangkah menuju Hasan, tersenyum) Assalamu
‘alaikum.
Hasan : (Salah tingkah) Wa ‘alaikum salam.
Arif : (duduk di samping Hasan. Meneliti Hasan) Kamu
sepertinya mirip seseorang.
Hasan : (Khawatir) mirip siapa?
Arif : (tertawa) mirip Pak Ogah!
Hasan : (tersenyum lega)
CUT TO
#31. INT. HALAMAN KELAS. SIANG
Hasan sedang bermain gundu
(kelereng). Kemudian datang seorang teman Hasan (kita panggil dia, Amir).
Amir : San, nanti kita ke rumahnya Arif yuk.
Hasan : Ngapain?
Amir : Arif kan
kecelakaan.
Hasan : Kecelakaan?
Amir : Iya, kemarin setelah pulang dari pengajian,
Arif katanya ketabrak motor di dekat
rumahnya?
Hasan : (Menghentikan permainannya) Ya bener Mir? Terus
Arifnya gimana?
Amir : Arifnya sih katanya cuma lecet-lecet aja.
Hasan : yang nabrak?
Amir : Kabur.
Hasan : (pada teman-teman permainan gundu) Woi, ada
yang mau beli gundu saya gak?
Teman-teman :(Riuh)
Mau…mau…
(Anak-anak berebutan
mengelilingi Hasan. Amir bingung. Setelah membeli, satu-persatu meninggalkan
Hasan. Kini di kantong baju Hasan ada beberapa lembar uang ribuan.
Amir : Kok dijual San?
Hasan : (melangkah menjauhi Amir, menuju kelas) Buat
beli buah. Kan
kita mau nengokin Arif.
Amir : (lari menghampiri Hasan dan menyerahkan uang
seribu) ini aku juga nyumbang.
Hasan : (Merangkul Amir sambil berjalan) Amir baiiik
deh! Makasih ya.
Amir :(balas
merangkul Hasan) Hasan jugaaaa deh.
Mereka tertawa berdua. Meski
sinar matahari tepat di atas kepala mereka.
CUT TO
#32. INT. BERANDA RUMAH ARIF. SORE
Hasan dan empat kawannya
mengunjungi Arif di rumah. Hasan membawa sebuah bungkusan plastik berisi jeruk.
Hasan dkk. : Assalamu ‘alaikum… Arif… Arif…
Arif (VO) : Wa ‘alaikum Salam.
Arif membuka pintu. Begitu
mengetahui yang datang teman-temannya, arif tersenyum. Arif tampak kecil.
Kakinya terbalut perban. Jalannya sedikit pincang. Dia mengajak Hasan dan
teman-teman lainnya untuk duduk di pagar tembok yang biasanya memang untuk
duduk-duduk.
Arif : Wah, akhirnya kalian datang juga.
Teman 1 : Lho, memang tahu kalau kita mau datang
Arif : Tahu lha, bahkan aku tahu juga kalau kalian
pasti membawa apel buat aku.
Hasan dan teman-temannya
saling berpandangan. Kemudian tertawa.
Hasan : Nah, kalo ini benar-benar ngaco. Emang siapa
yang bawa apel.
Arif : Lho bungkusan itu buat aku kan? Pasti isinya apel.
Teman 2 : Yee… orang ini isinya jeruk kok.
Arif : Yaa… pasti kalian ganti deh tadi di jalan.
Semua tertawa
Hasan : Memang ceritanya bagaimana Rif?
Arif : Aku baru pulang dari Shalat Isya kemarin malam.
Pas mau belok ke gang. Eh ada motor yang mau keluar dari gang. Enggak kencang
kok. Aku cuma keserempet, jatuh deh. Terus,
kakinya kena batu.
Teman 3 : Kamu ditolongin sama yang bawa motor gak Rif.
Arif : Nah disitu masalahnya. Ternyata dia kurang
peduli dan bertanggung jawab. Aku dibiarin aja di jalan. Dia langsung kabur.
Teman 4 : Bapak kamu bagaimana?
Arif : Yaa… enggak bagaimana-bagaimana. Berdoa aja.
Abis emang sudah takdirnya. Mau nyari yang nabrak, enggak tahu siapa?
Astaghfirullah… sampai lupa nyuguhin minum. Masuk yuk kita minum dulu.
Hasan : Enggak usah repot-repot Rif,
Arif : Enggak lah, orang cuma minum air putih, apa
repotnya sih? Masuk yuk.
Teman 4 : Oooo… kirain
mau bikinin kita es kopyor.
Arif, Hasan, dkk. Tertawa sambil masuk ke dalam rumah.
CUT TO
#33. INT. RUANG TAMU ARIF. SORE
Arif : Duduk dulu ya, aku ambilkan minum dulu. (Arif
masuk ke dalam)
Mereka duduk di kursi yang terbuat dari karet.
POV Hasan : Matanya memandang berkeliling. Ruang tamu Arif
sangat sederhana, bahkan lebih sederhana dari ruang tamu Hasan. Tidak ada
pajangan apapun di temboknya. Tidak ada televisi di ruang tamu itu. Hanya satu
set kursi karet tua dan sebuah lemari berpintu yang di atasnya tersusun Alquran
tua.
Arif : Ini teman-teman diminum dulu. Maaf aku tidak
punya makanan. Kalau jeruk itu memang untukku. Boleh kita makan sama-sama di sini.
Teman 3 : Oh iya, hampir lupa. Kok dipegangin terus sih.
Ini Rif dari kami bertiga. Semoga cepat sembuh ya.
Arif : (berakting) Wah apaan nih, aduh kalian memang
teman yang baik. Untuk aku? Makasih ya!
Teman 2 : Alah, gak usah akting lah!
Semua tertawa.
Hasan : Bapak kamu kemana Rif?
Arif : Biasa lah, ngitungin angkot yang lewat.
Teman 1 : Bapak kamu yang suka ngitungin angkot dekat
perempatan itu ya Rif?
Arif : Tul. Seratus buat Lukman.
Teman 4 : Kalo di rumah sedirian kamu ngapain Rif
Arif : Aku iseng-iseng bikin gantungan kunci dari
batok kelapa. Mau lihat?
Arif melangkah menuju lemari
kecil di depannya. Membuka pintunya dan mengambil sebuah kotak. Dibukanya kotak
tersebut di depan teman-temannya. Di dalamnya terdapat beragam bentuk gantungan
kunci dari batok kelapa. Ada
yang berbentuk bulan sabit yang memiliki mata dan mulut, ikan, mobil, burung,
dsb.
Semua melihat
gantungan-gantungan itu dengan takjub. Kecuali Hasan. Dia malah memperhatikan
kotak wadah gantungan kunci tersebut. Kotak itu sama persis dengan kotak
sandalnya yang baru.
Arif melihat Hasan yang
tidak peduli terhadap gantungannya.
Arif : Ada
apa San? Kayak orang diare. Bengong aja.
Hasan : (menyadari Arif memperhatikan dirinya,
mengelak) Ah, enggak kok, aku cuma mikir kamu bisa kayak gini siapa yang
ngajarin.
Arif : Ooo… yang ngajarin Bapak saya. Lumayan lho San
saya bisa jual gantungan kunci ini di tempat ngetemnya angkot.
Hasan mengambil sebuah
gantungan kunci. Diamatinya gantungan itu. Padahal saat ini pikirannya melayang
ke kotak sandalnya. Pikirannya terbang pada sandalnya.
Hasan : Kamu punya sandal ini? (sambil menunjuk kotak
sandal tempat gantungan kunci)
Arif : Tadinya sih punya, tapi karena ada yang suka
sama sandal saya, jadi saya kasihkan saja.
Hasan : Kamu kasihkan?
Arif : Iya. Lagian, waktu aku pakai pertama kali,
kakiku malah lecet.
Hasan mengangguk-angguk, mencoba
menghubungkan-hubungkan cerita Arif dengan kejadian kehilangan sandalnya.
Hasan : Kamu beli dimana?
Arif : di toko sandal perempatan.
Hasan masih sangsi, apakah
Arif yang mengambil sandalnya. Atau malah dirinya yang mengambil sandal Arif
CUT TO
#34. EXT. KAMAR MANDI. SORE
Kamar mandi rumah Hasan
letaknya terpisah dari rumah. Ada
sebuah sumur timba dan sebuah kamar mandi kecil kotak yang dindingnya hanya
tersusun dari seng. Hasan terlihat sedang menimba dan menuangkan air ke dalam
bak.
Hasan : Bu, bak
mandinya sudah penuh.
Ibu : Ya. Kamu
siap-siap ke masjid ya.
Hasan : Ya Bu.
(Hasan melangkah menuju rumah)
INTERCUT TO
#35. INT. RUANG TAMU. SORE.
Hasan masuk. Dinyalakannya
lampu ruang tamu. Dilihatnya kotak sandal di atas lemari. Jantungnya berdetak.
Diraihnya kotak sandal itu. Dibawanya ke tempat duduk. Perlahan dibukanya kotak
itu.
POV Hasan : Sandal dalam kotak. Masih baru. Hasan mencium
sandal itu. Masih sama seperti waktu ia menciumnya pertama kali. Hasan
mengamat-amati sandal baru itu. Tak lama ia terkejut. Di bagian dalam sandal
tersebut tertulis kumpulan huruf yang dibuat dari spidol. Hasan tidak salah
baca. Huruf-huruf yang dia lihat bertuliskan “ARIF”.
Hasan terduduk lemas. Hasan
bingung. Dia tersenyum bercampur sedih. Hasan menertawakan dirinya sendiri. Karena
ternyata selama ini dialah yang bersalah. Selama ini dialah yang pencuri.
Sedih, karena itu berarti sandalnya yang hilang. Hasan teringat
kejadian-kejadian sebelumnya
DISSOLVE TO
#36. DEPAN TOKO SEPATU.
SIANG. HUJAN
Hasan terlihat menghitung
uangnya. Lima
puluh ribu. Uang yang dia kumpulkan selama sebulan ini. Hasan masuk ke dalam
toko sandal. Dia mengambil sebuah sandal dari gantungan pajangan. Dicobanya
sandal itu. Hasan berjalan bagai peragawan di atas catwalk. Diciumnya sandal
itu. Wangi. Hasan suka bau sandal yng masih baru.
Hasan ingat ketika dia
membawanya ke masjid dan teman-temannya mengomentari sandal barunya.
Hasan ingat ketika dia
merasa kehilangan sandalnya di masjid
Hasan ingat ketika ia
mengambil sandal itu dari depan rumah Arif
Hasan ingat ketika dia harus
bersembunyi agar dapat shalat.
Hasan tersenyum. Dia
merencanakan sesuatu.
CUT TO
#37. INT. MASJID. SIANG
Hasan datang lebih dulu ke
masjid. Masjid masih sepi. Baru ada beberapa jamaah yang datang. Jamaah yang
lain mulai berdatangan. Suara pengajian terdengar merdu dari dalam masjid.
CUT TO
Hasan terlihat berdiri di
balkon masjid lantai 2.
POH Hasan : Dia memperhatikan orang-orang yang datang.
Hasan tersenyum ketika dia melihat Arif dan Bapaknya datang. Hasan melihat Arif
dan Bapaknya meletakkan sandal mereka di bawah pohon palem yang tumbuh di
halaman masjid.
Setelah Arif dan Bapaknya
masuk ke dalam masjid, Hasan segera beranjak dari tempatnya.
CUT TO
Hasan berdiri di depan
sandal Arif dan Bapaknya. Perlahan dia membuka kotak sandalnya dan meletakkan
sandal baru di atas sandal jepit Arif. Hasan lega. Tiba-tiba Hasan mendengar
ada yang memanggil suaranya. Hasan mencari sumber suara.
Hasan terkejut, bahagia, dan
haru. Segala rasa berkecamuk dalam hatinya. Dari kejauhan, terhalangi jamaah
yang berdatangan. Samar-samar Hasan melihat Bapaknya berjalan menuju masjid dengan
tongkat penyangga di ketiaknya.
Hasan menghambur ke arah
Bapaknya. Hasan memeluk Bapaknya. Mereka berpelukan. Menangis. Jamaah yang
berdatangan lalu lalang di antara mereka. Hasan segera membantu Ayahnya
berjalan menuju Masjid. Masjid masih melantunkan ayat-ayat suci Alquran.
FADE OUT
SEKIAN
ALHAMDULILLAH
Diselesaikan tanggal 17 Juni 2007 pukul 11.46