Rabu, 30 Juli 2014

Skenario Film Bikinanku


Cie...cie...cie... ceritanya bikin skenario... aduuhh... ini mah cuma coba-coba...
Mohon ampun kepada penulis skenario yang sudah terkenal... kalau karya saya ini banyak kesalahan.


FILM LAYAR LEBAR
MENYAMBUT IDUL FITRI


SANDAL HILANG




Ketika kita melakukan kesalahan.
Atau mengganggap orang lain yang bersalah
Mungkinkah kita mengaku salah.





Penulis
HARI UNTUNG MAULANA



Mulai mencipta: 14 Juni 2007 pukul 09.00










Diawali dari coret-coretan untuk membuat novel.
Dibuat disela-sela acara pelatihan Kurikulum KTSP.
Diikuti dengan membaca buku
“Jangan Cuma Nonton, Jadilah Penulis Skenario Profesional” karya Sony Set
Selanjutnya…,
 penulis tertantang untuk menjadikan coret-coretan tadi sebuah skenario
SINOPSIS

Hasan kehilangan sandalnya di masjid usai Shalat Jumat. Dia melihat seorang anak kecil memberikan sandalnya pada seseorang yang tampak menyeramkan. Hasan mengikuti mereka. Sesampainya di rumah mereka, Hasan nekat mengambil kembali sandalnya. Tetapi sayang, Hasan ketahuan oleh anak kecil dan lelaki seram itu. Sejak saat itu, Hasan merasa terhantui oleh lelaki seram tersebut. Hasan tidak dapat Shalat dengan tenang di masjid karena tempat kerja lelaki seram itu –sebagai timer di terminal bayangan angkot- berada dekat dengan masjid. Hasan takut dia akan diancam atau dipukuli. Agar tidak dikenali oleh lelaki tersebut, Hasan terpaksa mencukur plontos rambut 
Hingga suatu hari, anak lelaki seram tersebut –Arif-, menjadi santri baru di pengajian tempat Hasan mengaji –di masjid yang sama tempat Hasan kehilangan sandal-. Setelah beberapa hari berteman, Hasan harus ke rumah Arif untuk menengok Arif yang kecelakaan. Di rumah Arif itulah Hasan mengetahui bahwa sandal yang dia ambil sesungguhnya adalah benar-benar sandal Arif. Sandalnya sendiri hilang entah siapa yang mengambil. Hasan sadar, akhirnya dia mengembalikan sandal Arif.


FADE IN

#0. EXT.HALAMAN MASJID. SIANG
Usai shalat Jumat. Para jamaah keluar. Ada yang bersarung dan berkoko. Ada juga yang berpakaian kantoran. Di tengah keramaian, kita melihat seorang lelaki parlente marah-marah. Dia kehilangan sepatunya. Seseorang (sopirnya) berusaha menenangkan. Sopir memberikan sepatunya. Tetapi sepatu tersebut dilempar oleh lelaki parlente. Dia tetap mengomel. Orang di halaman mengamati, termasuk seorang anak usia 12 tahun. Hasan

POV Hasan: Lelaki parlente melangkah menjauh. Masih terus mengomel. Menghampiri mobilnya. Sopir membukakan pintu. Mobil pergi. Hasan mengamat-amati sandalnya.

CUT TO


#1. INT. RUANG TAMU. SIANG
Hasan mengambil kotak sandal dari atas lemari. Dikeluarkannya sepasang sandal yang terlihat baru. Diamat-amatinya sandal itu. Diciumnya. Masih wangi toko. Disentuhnya gambar robot yang tertempel di sandal itu. Hasan tersenyum.


DISSOLVE TO

#2. EXT. JALAN RAYA. HUJAN. SIANG
Hasan menerima uang dari lelaki yang menyewa payungnya. Hasan basah kuyup. Kemudian dia berlari. Menembus hujan. Hasan berhenti di depan sebuah toko sandal. Dia melihat sepasang sandal di etalase. Hasan mengeluarkan segenggam uang basah dari kantong celananya. Dihitung. Hasan tersenyum lalu masuk toko. Tidak lama Hasan keluar membawa sebuah bungkusan. Dia berlari. Cepat. Hasan tak berhenti meski ada yang memanggil untuk menyewa payungnya.

DISSOLVE TO

#3. INT. RUANG TAMU. SIANG
Hasan menutup kotak sandal. Diletakkannya kembali kotak itu di atas lemari. Diusapnya sebentar. Kemudian Hasan berlari ke luar rumah.

INTERCUT TO

#4. INT. KAMAR MANDI. SIANG
Hasan mandi. Ketika sedang sabunan terdengar suara ramai dari luar rumah.

Anak-anak (VO) : Hasan…hasan… cepet dong
Hasan         : (tergesa) Iya tunggu sebentar

CUT TO


#5. INT. RUANG TAMU. SIANG
(tergesa) Hasan memakai sarungnya. Diambilnya sandal baru dari atas lemari.

Hasan     : Pak, Hasan berangkat dulu ya!
Bapak(VO) : (lemah) Ya.

Hasan keluar rumah.

CUT TO

#6. EXT. JALAN KAMPUNG. SIANG
Hasan jalan beriringan dengan lima temannya.
Anak 1    : Hasan sandalnya baru ya?
(empat anak yang lain langsung melihat sandal Hasan)
Hasan     : Iya, beli kemarin abis ngojek payung
Anak 2    : Beli dimana San?
Hasan     : Toko sepatu perempatan
Anak 3    : Hati-hati, ilang lho San.
Hasan terkejut, dia memandang anak yang bertanya. Kemudian dia melihat ke depan. Terdiam. Seolah sedang memikirkan sesuatu.

CUT TO

#7. INT. MASJID. SIANG
Shalat Jumat baru selesai. Hasan tidak tenang berdoa. Sesekali dia melihat ke arah pintu. Jamaah masih ramai. Usai berdoa Hasan langsung beranjak (tergesa). Tiba-tiba Hasan terjatuh. Dia menabrak lelaki gendut. Hasan meminta maaf. Dia langsung menerobos orang-orang yang lalu lalang.

INTERCUT TO

#8. EXT. BERANDA MASJID. SIANG
Hasan berdiri samping pilar masjid

POV Hasan: Matanya meneliti sandal-sandal yang masih tersisa. Satu-satu diambil pemiliknya. Hasan tak melihat sandalnya.

Hasan kebingungan

POV Hasan: Dikejauhan dia melihat seorang anak kecil (kita panggil dia dengan nama Arif) menenteng sandalnya. Anak itu menghampiri seorang lelaki kekar dan menyeramkan (ayah Arif, kita panggil dia Pak Udin). Pak Udin mengambil sandal dari Arif. Kemudian beliau dan Arif berjalan beriringan menjauhi Masjid. Arif tidak mengenakan sandal.

CUT TO

#9. EXT. JALAN KAMPUNG. SIANG
Hasan berjalan perlahan mengikuti Pak Udin dan Arif. Hasan sembunyi-sembunyi takut ketahuan.

Hasan sembunyi di balik kandang ayam.

POV Hasan: Pak Udin dan Arif masuk ke dalam rumah sederhana. Tak lama Pak Udin melemparkan sandal Hasan ke luar rumah.

Hasan berjalan perlahan menuju rumah Pak Udin. Setelah memastikan keadaan aman. Hasan mengambil sandal miliknya. Tiba-tiba perbuatannya ketahuan Arif dari balik jendela

Arif : Pak! Pak! Sandalnya diambil.

Hasan terkejut dia langsung melihat anak tersebut dan berlari. Tak lama terdengar suara Pak Udin

Pak Udin  : Hai, berhenti.


Hasan berhenti, menengok (POV Hasan: Pak Udin berdiri di depan pintu, sambil mengacungkan tangannya), dan meneruskan larinya.

PAK UDIN MENGEJAR HASAN. KUCING-KUCINGAN DI PASAR.
CUT TO
#10. INT. RUANG TAMU. SIANG
Hasan membuka pintu rumah (tergesa) dan langsung meletakkan sandalnya dalam kotak sandal.
Bapak (VO): Siapa tuh? Hasan?
Hasan     : Iya Pak.
Bapak (VO): Masuk rumah kok enggak Assalamu alaikum sih?
Hasan     : Iya Pak, buru-buru. (Hasan masuk ke dalam)

INTERCUT TO

#11. INT. KAMAR BAPAK. SIANG
Hasan masuk. Mengucapkan salam. Dijawab oleh bapaknya. Hasan mencium tangan bapaknya yang tergolek lemah di atas tempat tidur kayu. Di sampingnya ada sebuah tongkat terbuat dari kayu.

Bapak : Kamu sudah makan?
Hasan : Bapak Sudah?
Bapak : (tersenyum) sudah. Sana makan dulu.
Hasan : (Menganggaguk) Hasan makan dulu ya Pak!
Bapak : Sisakan buat ibu ya.   
Hasan : Iya Pak.

INTERCUT TO


#12. INT. RUANG TAMU. SIANG
Hasan makan dengan lahap. Lauknya tempe dua potong dan sayur asam. Ketika sedang memakan jagung. Hasan melirik ke arah kotak sandalnya.

DISSOLVE TO

#13. INT. RUANG TAMU. SIANG
Hasan sedang makan. Pak udin masuk ke rumahnya. Baju Hasan dicengkeram. Ibu ke luar dari dalam kamar. Bapak berjalan terhuyung pegangan tembok. Hasan diseret keluar rumah. Ibu menangis. Bapak Mencoba merebut Hasan. Tetapi Bapak terjatuh.

Pak Udin  : Saya akan bawa dia ke kantor polisi.
Hasan     : (berteriak) Bapaaaakk!!! Ibuuu!!!

DISSOLVE TO

#14. INT. RUANG TAMU. SIANG
Hasan tersadar. Pintu rumah diketuk seseorang. Hasan terkejut. Ketakutan. Hasan mengintip lewat jendela. Ternyata ibunya pulang.

CUT TO

#15. INT. RUANG TAMU. FAJAR
Terlihat meja tamu diletakkan di atas kursi. Hasan tidur dilantai dengan beralaskan kasur tipis. Ruangan gelap. Hanya sinar lampu jalan menerobos sedikit lewat gordyn yang tidak rapat.

Bapak(VO) : (perlahan penuh kesabaran) San… Hasan… Bangun nak! Sudah mau subuh.
Hasan     : (menggeliat)
Adzan(VO) : Allahu Akbar… Allahu Akbar…
Ibu       : (masuk, mengenakan mukena) San… bangun nak, saatnya Shalat Subuh
Hasan     : (Terbangun dan langsung menuju ke kamar mandi)
Ibu       : (Menurunkan meja dan duduk di atas kursi)
Suara(VO) : (Suara air. Hasan mengambil wudhu)
Hasan(vo) : Hasan berangkat dulu ya Pak.
Bapak(vo) : Ya.
Hasan     : (masuk) Hasan berangkat dulu ya Bu (mencium tangan ibunya).
Ibu       : Doakan bapak ya biar cepat sembuh.
Hasan     : ya bu. Assalamu ‘alaikum
Bapak&Ibu : (bersamaan) Waalaikum Salam.

INTERCUT TO


#16. INT. KAMAR TIDUR BAPAK. FAJAR.
Ibu masuk ke dalam. Bapak sudah menunggu. Mereka berdua shalat berjamaah. Bapak imam, mengerjakan sambil setengah tiduran di atas kasur. Ibu makmum, mengerjakan sambil berdiri di lantai.

CUT TO
#17. INT. MASJID. FAJAR.
Shalat Subuh baru selesai. Jamaah mengucapkan salam bersamaan. usai salam, jamaah tidak  beranjak dari tempatnya. Mereka membacakan dzikir bersama-sama. Kepala Hasan menyembul dari safnya (saf pertama). Dia melihat jauh di saf ke lima. Diantara jamaah yang ada, Hasan melihat Arif dan Pak Udin. Hasan buru-buru menyembunyikan kepalanya.

CUT TO

#18. EXT. JALANAN KAMPUNG. SORE.
Hasan dan ibunya berjalan beriringan. Hasan dan ibunya membawa keranjang plastik yang ditutupi koran. Masing-masing sebuah keranjang plastik. Ibunya mengembalikan baju-baju yang sudah disetrika.

CUT TO


#19. EXT. KUBURAN KAMPUNG. SORE
Ketika Hasan dan ibunya sedang beristirahat di bawah pohon rindang dekat kompleks pekuburan, terdengar azan Ashar dari masjid.

Ibu       : Kamu Shalat Ashar dulu deh San. Ibu tunggu di sini.
Hasan     : Enggak ah bu, nanti aja. Kan masih ada bajunya Bu Titin. Mending selesaian dulu baru Hasan Shalat Ashar.
Ibu       : Yee… Hasan gimana sih. Kan Hasan sendiri yang bilang kita harus Shalat tepat waktu. Trus Hasan juga yang bilang ke Ibu, kalo setiap shalat Hasan maunya di saf pertama. Biar masuk surganya duluan.
POV Hasan : Memegang sandal jepitnya yang mulai kehilangan warna.
Hasan     : Hasan shalat di rumah aja deh bu, sekali-kali mau shalat jamaah sama bapak.
Ibu       : San… kalo bapak bisa jalan sampai masjid aja. Pasti bapak shalatnya di masjid. Shalat di masjid banyak keutamaannya lho San.
Hasan     : Iya deh Bu, nanti Hasan tetap shalat di masjid. Berjamaah. Tapi mungkin ikut kloter kedua. Bareng Oom-oom yang baru keluar dari kantor.

CUT TO  

#20. EXT. HALAMAN MASJID. MALAM
Shalat Isya baru selesai. Jamaah mulai bubar. Hasan terlihat berdiri sembunyi di balik pohon yang ada di samping masjid

POV Hasan : Arif dan Pak Udin keluar dari masjid. Arif memakai sandal jepit kumal. Terlihat mereka sedang berbicara sambil berjalan mejauhi masjid.

Setelah hilang di balik tikungan. Hasan keluar dari persembunyiannya. Melangkah menuju tempat wudhu dan berwudhu. Hasan tidak sadar diamati oleh Haji Ridwan.

INTERCUT TO

#21. INT. DALAM MASJID. MALAM
Hasan celingukan. Masjidnya mulai sepi. Tak lama dia melihat sepeda motor datang. Pengendaranya turun dan mengambil wudhu. Hasan tersenyum. Ketika pengendara masuk ke dalam masjid. Hasan menghampirinya.

Hasan     : Oom mau shalat Isya ya?
Pengendara: Iya, kenapa?
Hasan     : Bareng ya Oom, biar saya dapat pahala berjamaah.
Pengendara: (tersenyum, Menggangguk)
Hasan     : (Iqomat) Allahu akbar… Allahu Akbar
CUT TO

#22. EXT. BERANDA RUMAH. SIANG
Hasan terlihat sedang membuat mobil-mobilan dari bambu. Tak lama Ibunya keluar dari dalam rumah.

Ibu       : San tolong belikan ibu minyak tanah ya. (mengulurkan jeriken dan uang)
Hasan     : (Langsung berdiri dan menerima jeriken dan minyak tanah) Berapa liter bu?
Ibu       : dua liter aja.
Hasan     : Bu, barang-barang ini biar disini aja dulu ya, nanti Hasan yang beresin.
Ibu       : Iya.
Hasan     : Assalamu ‘alaikum
Ibu       : Wa ‘alaikum salam

CUT TO

#23. EXT. WARUNG KELONTONG. SIANG
Hasan berdiri di depan warung.

Hasan     : Beli…. Bu Joko, beli….
Bu Joko   : Beli apa San?
Hasan     : Beli minyak tanah Bu. Dua liter.
Bu Joko   : Mana jerikennya, sini!
Hasan     : (menyerahkan jeriken dan uangnya)

Hasan menunggu di tempat duduk kayu depan toko. Tiba-tiba Pak Udin datang dari belakang Hasan. Pak Udin tidak memperhatikan Hasan. Tetapi Hasan sudah ketakutan. Dia menyembunyikan kepalanya. Bu Joko keluar dari warungnya.

Bu Joko   : San, ini minyaknya.
Hasan     : (tergesa dan berdiri. Tatapannya bertemu dengan tatapan Pak Udin. Hasan langsung berpaling ke arah Bu Joko) Makasih bu. (Hasan langsung berlari)
Bu Joko   : San… Hasan… Kembaliannya San… (Hasan meneruskan larinya)
Pak Udin  : Anak siapa tadi bu?
Bu Joko   : Anak Pak Rusli, kasihan Pak Rusli, sekarang bisanya cuma tiduran di tempat tidur. 
Pak Udin  : Kenapa bu?
Bu Joko   : Stroke.
Pak Udin  : (mengangguk-angguk)

CUT TO

#24. EXT. BERANDA RUMAH. SIANG
Hasan sampai di rumahnya. Napasnya ngos-ngosan. Dia duduk sebentar di bale-bale yang ada di depan rumah.
Hasan       : Assalamu ‘alaikum (sambil membuka pintu dan masuk)
BapakIbu(VO): Wa ‘alaikum Salam.

INTERCUT TO

#25. INT. DAPUR RUMAH. SIANG.
Hasan masuk ke dapur dan menyerahkan jeriken minyak tanah pada ibunya. Napasnya masih ngos-ngosan. Hasan langsung mengambil air minum dari teko kaleng. Duduk di lantai dan meminumnya. Ibunya terlihat bingung.

Ibu       : Kembalinya mana San?
Hasan     : Maaf bu, Hasan lupa minta. Nanti Hasan ke sana lagi.   
Ibu       : (meneruskan memasak) Kok ngos-ngosan, kamu lari
Hasan     : Kan biar cepet bu. (Hasan terdiam agak lama. Bengong. Tampaknya Hasan sedang memikirkan sesuatu)
Ibu       : Kenapa sih San?
Hasan     : Enggak kenapa-napa bu, tapi anu bu, Hasan boleh minta uang gak bu?
Ibu       : Uang? Buat apa (menghentikan memasak)
Hasan     : Buat cukur rambut bu. Kepala Hasan kayaknya gatel banget nih.
Ibu       : Emang buat cukur rambut berapa?
Hasan     : (tersenyum) enggak banyak Bu, cuma dua ribu. Hasan mau minta tolong Bang Pendi buat nyukurin.
Ibu       : (mengambil uang dua ribu dari dompetnya dan menyerahkannya pada Hasan) nih, bilangin Bang Pendi, yang rapi ya.
Hasan     : Makasih ya Bu (bergegas pergi meninggalkan ibunya)

CUT TO

#26. EXT. HALAMAN MASJID. MALAM.

POV Hasan : Arif dan Pak Udin hilang di tikungan

Hasan mengambil wudhu. Terlihat kepalanya yang botak plontos.

INTERCUT TO

#27. INT. DALAM MASJID. MALAM
Masjid sepi. Hasan melihat ke arah luar. Sepi. Tidak ada orang yang datang lagi untuk shalat Isya. Hasan shalat sendiri. Usai shalat Hasan berdoa.

Hasan     : (menangis) Ya Allah ampunilah hambaMu ini, sudah dua kali hamba tidak shalat tepat waktu. Sudah dua kali hamba tidak berada di saf terdepan. Bahkan, kini hamba shalat sendirian. Sekarang hamba tidak mendapat 27 pahalamu. Ya Allah, ampunilah dosa-dosa Hamba. (Hasan menutup wajahnya dengan kedua telapaknya, Hasan menangis)
H. Ridwan : (di belakang Hasan) Assalamu ‘alaikum.
Hasan     : (terkejut) Wa ‘alaikum salam. (Hasan menghapus air matanya)
H. Ridwan : Boleh Pak Haji duduk di dekat Hasan.
Hasan     : Boleh Pak Haji.
H. Ridwan : (duduk di depan Hasan) Kenapa Hasan menangis?
Hasan     : Enggak kenapa-napa Pak Haji.
H. Ridwan : (tersenyum). Pak Haji kangen lho sama suaranya Hasan kalo lagi pas bilang Amin. Biasanya ada di belakang Pak Haji, kalo Pak Haji jadi Imam.
Hasan     : (Menundukkan kepalanya, diam)
H. Ridwan : Bagaimana kabar Bapak? Baik?
Hasan     : (menunduk, mengangguk, diam)
H. Ridwan : Sebelum sakit, Bapak Hasan dulu selalu datang paling awal ke masjid. Beliau selalu azan. Dulu-duluan sama Pak Haji. Suara azan Bapak Hasan sangat merdu. Sekaligus membuat orang semangat untuk datang ke Masjid. Besok Hasan mau gak Azan di masjid.
Hasan     : (mendongakkan kepalanya menatap Pak Haji) Takut ah Pak Haji.
Pak Haji  : Lho kenapa? Kan biar shalatnya juga tepat waktu.
Hasan     : (tersenyum) Insya Allah Pak Haji.
Pak Haji  : Nah gitu dong.

CUT TO


#28. INT. KELAS. SIANG
Suasana kelas. Para siswa tampak sedang mengerjakan ulangan. Hasan terlihat serius. Kemudian, Hasan menganggkat tangannya.

Hasan     : Bu, kalau sudah selesai boleh pulang gak?
Bu Guru   : (tersenyum) Boleh, Hasan sudah selesai
Hasan     : Sudah bu. (tergesa, merapikan buku dan peralatan sekolahnya)
Farhan    : (berbisik) San, buru-buru amat.
Hasan     : (berbisik) Iya, aku mau azan Ashar di masjid.
Bu Guru   : Farhan, jangan nyontek ya!
Farhan    : (terkejut. Buru-buru memandangi lagi kertas jawabannya)
Hasan     : (menuju ke meja guru, sudah membawa tas. Menyerahkan lembar jawaban ulangan) Ini bu.
Bu Guru   : Hasan kok buru-buru.
Hasan     : (Bangga) Saya mau azan Ashar di masjid Bu. Assalamu ‘alaikum
Bu Guru   : Wa ‘alaikum salam.
CUT TO

#29. EXT. JALAN RAYA. SIANG.
Hasan berlari. Menyelinap di antara orang-orang yang sibuk. Untuk menuju masjid, Hasan harus melewati sebuah terminal bayangan. Tempat angkot-angkot ngetem. Makin mendekati tempat itu, Hasan terlihat memperlambat larinya.

POV Hasan :    Pak Udin sedang mengatur angkot yang berjejer. Di tangannya terdapat sebuah buku besar. Dia tampak sedang mencatat sesuatu diselingi teriakan kerasnya mengatur angkot. Terlihat pekerjaan Pak Udin adalah sebagai timer.

Hasan memperlambat larinya. Lalu dia berhenti di belakang angkot yang berada di barisan paling belakang. Kepalanya menyembul memperhatikan si Pak Udin.

Ketika Pak Udin menyuruh angkot untuk maju. Hasan langsung menyembunyikan kepalanya. Angkot yang disenderi Hasan maju. Hasan hampir terjatuh. Hasan melangkah mengikuti maju angkot.

Hasan bersembunyi di antara angkot-angkot. Ikut berjalan di antara orang-orang yang lalu lalang. Dia makin dekat dengan Pak Udin. Tiba-tiba topi sekolahnya terjatuh. Hasan berusaha mengejar. Topinya tertendang-tendang orang yang berjalan.

Hasan berteriak-teriak sambil berusaha mengambil topinya. Pak Udin tertarik dengan keributan suara Hasan dan menghampiri. Hasan mendapatkan topinya dan berlari menjauh dari masjid. Hasan sembunyi di Halte. Pak Udin menghentikan langkahnya, melihat ke arah Hasan. Kemudian terdengar suara azan dari masjid.

POV Hasan : Pak Udin menyerahkan buku besarnya pada seseorang. Kemudian, melangkah menuju masjid

Hasan terduduk lemas. Menangis.

CUT TO

#30. INT. DALAM MASJID. MALAM.
Suasana pengajian anak-anak. Ada yang sedang menghafal. Ada yang sedang mengaji di depan seorang anak muda. Ada yang sedang menulis kembali apa yang ada di papan tulis. Ada sekitar tiga pengajar di sana. Pak Haji Ridwan tampak sedang mendengarkan seorang anak muda membaca Alquran. Hasan sedang menyalin potongan-potongan ayat yang terdapat di papan tulis pada bukunya. Kemudian dari arah pintu terdengar suara. Semua menengok ke arah pintu.

Pak Udin  : Assalamu ‘alaikum.
Semua     : Wa ‘alaikum Salam.

Hasan terlihat terkejut. Dia menyembunyikan tubuhnya di balik pilar masjid. Dari balik pilar dia memperhatikan Pak Udin.

Pak Udin    : Maaf Pak Haji, bisa saya ketemu Pak Haji sebentar
Haji Ridwan : Mari, mari silahkan.

POV Hasan : Pak Udin menghampiri Haji Ridwan. Anak muda menjauh. Pak Udin dan Haji Ridwan tampak memperbincangkan sesuatu.

Hasan ketakutan. Wajahnya pucat.

Haji Ridwan(VO) :   Tolong Mas Harun, panggilkan anaknya ke sini.
Mas Harun (VO)  :   Baik Pak Haji.

Hasan memejamkan matanya. Langkah Mas Harun serasa ribuan palu menghantam dadanya. Hasan menantikan suara Mas Harun. Rasanya lama sekali. Hingga…
Arif (VO)       :   Assalamu ‘alaikum
Haji Ridwan(VO) :   Wa ‘alaikum salam.

Hasan mengenali suara itu, dia menengok dari balik pilar.

POV Hasan  : Arif melangkah menuju Haji Ridwan dan Pak Udin. Pak Udin pamit dan berjabat tangan dengan Haji Ridwan. Pak Udin meninggalkan Haji Ridwan dan Arif.


Haji Ridwan     :   Anak-anak coba kumpul dulu sebentar di sini.

Anak-anak riuh. Berkumpul di depan Haji Ridwan dan Arif. Hasan duduk paling belakang.

Haji Ridwan     :   Assalamu ‘alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh.
Anak-anak       : Wa alaikum Salam Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh.
Haji Ridwan     :   calon penghuni surga yang dicintai Allah. Saat ini, kita mendapat kawan baru. Biar dirinya saja yang memperkenalkan diri. Silakan…
Arif            :   Assalamu ‘alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh.
Anak-anak       : Wa alaikum Salam Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh.
Arif            :   Nama saya Arif, usia saya dua belas tahun. Saya tidak sekolah. Bapak saya namanya Pak Udin. Bapak saya kerjaannya timer angkot.Rumah saya di RT. 008 RW. 011 NO. 29. Ibu saya sudah meninggal dunia.
Anak 1          :   Meninggalnya kapan Rif?
Arif            :   Waktu ngelahirin Arif. (Arif terlihat tegar)
Haji Ridwan     :   Ya… cukup dulu perkenalannya. Sekarang, Arif tanya sama Hasan bagaimana doa mau belajar ya. (Haji Ridwan menunjuk Hasan)
Hasan           :   (Terkejut) Iya Pak Haji.
Arif            :   (melangkah menuju Hasan, tersenyum) Assalamu ‘alaikum.
Hasan           :   (Salah tingkah) Wa ‘alaikum salam.
Arif            :   (duduk di samping Hasan. Meneliti Hasan) Kamu sepertinya mirip seseorang.
Hasan           :   (Khawatir) mirip siapa?
Arif            :   (tertawa) mirip Pak Ogah!
Hasan           :   (tersenyum lega)

CUT TO

#31. INT. HALAMAN KELAS. SIANG
Hasan sedang bermain gundu (kelereng). Kemudian datang seorang teman Hasan (kita panggil dia, Amir).   

Amir        : San, nanti kita ke rumahnya Arif yuk.
Hasan       : Ngapain?
Amir        : Arif kan kecelakaan.
Hasan       : Kecelakaan?
Amir        : Iya, kemarin setelah pulang dari pengajian, Arif katanya ketabrak motor di dekat rumahnya?
Hasan       : (Menghentikan permainannya) Ya bener Mir? Terus Arifnya gimana?
Amir        : Arifnya sih katanya cuma lecet-lecet aja.
Hasan       : yang nabrak?
Amir        : Kabur.
Hasan       : (pada teman-teman permainan gundu) Woi, ada yang mau beli gundu saya gak?
Teman-teman :(Riuh) Mau…mau…

(Anak-anak berebutan mengelilingi Hasan. Amir bingung. Setelah membeli, satu-persatu meninggalkan Hasan. Kini di kantong baju Hasan ada beberapa lembar uang ribuan.

Amir        : Kok dijual San?
Hasan       : (melangkah menjauhi Amir, menuju kelas) Buat beli buah. Kan kita mau nengokin Arif.
Amir        : (lari menghampiri Hasan dan menyerahkan uang seribu) ini aku juga nyumbang.
Hasan       : (Merangkul Amir sambil berjalan) Amir baiiik deh! Makasih ya.
Amir        :(balas merangkul Hasan) Hasan jugaaaa deh.
Mereka tertawa berdua. Meski sinar matahari tepat di atas kepala mereka.

CUT TO

#32. INT. BERANDA RUMAH ARIF. SORE
Hasan dan empat kawannya mengunjungi Arif di rumah. Hasan membawa sebuah bungkusan plastik berisi jeruk.

Hasan dkk.  : Assalamu ‘alaikum… Arif… Arif…
Arif (VO)   : Wa ‘alaikum Salam.

Arif membuka pintu. Begitu mengetahui yang datang teman-temannya, arif tersenyum. Arif tampak kecil. Kakinya terbalut perban. Jalannya sedikit pincang. Dia mengajak Hasan dan teman-teman lainnya untuk duduk di pagar tembok yang biasanya memang untuk duduk-duduk.


Arif      : Wah, akhirnya kalian datang juga.
Teman 1   : Lho, memang tahu kalau kita mau datang
Arif      : Tahu lha, bahkan aku tahu juga kalau kalian pasti membawa apel buat aku.
Hasan dan teman-temannya saling berpandangan. Kemudian tertawa.

Hasan     : Nah, kalo ini benar-benar ngaco. Emang siapa yang bawa apel.
Arif      : Lho bungkusan itu buat aku kan? Pasti isinya apel.
Teman 2   : Yee… orang ini isinya jeruk kok.
Arif      : Yaa… pasti kalian ganti deh tadi di jalan.
Semua tertawa

Hasan     : Memang ceritanya bagaimana Rif?
Arif      : Aku baru pulang dari Shalat Isya kemarin malam. Pas mau belok ke gang. Eh ada motor yang mau keluar dari gang. Enggak kencang kok. Aku cuma keserempet, jatuh deh. Terus,  kakinya kena batu.
Teman 3   : Kamu ditolongin sama yang bawa motor gak Rif.
Arif      : Nah disitu masalahnya. Ternyata dia kurang peduli dan bertanggung jawab. Aku dibiarin aja di jalan. Dia langsung kabur.
Teman 4   : Bapak kamu bagaimana?
Arif      : Yaa… enggak bagaimana-bagaimana. Berdoa aja. Abis emang sudah takdirnya. Mau nyari yang nabrak, enggak tahu siapa? Astaghfirullah… sampai lupa nyuguhin minum. Masuk yuk kita minum dulu.
Hasan     : Enggak usah repot-repot Rif,
Arif      : Enggak lah, orang cuma minum air putih, apa repotnya sih? Masuk yuk.
Teman 4   : Oooo… kirain mau bikinin kita es kopyor.
Arif, Hasan, dkk. Tertawa sambil masuk ke dalam rumah.

CUT TO

#33. INT. RUANG TAMU ARIF. SORE

Arif      : Duduk dulu ya, aku ambilkan minum dulu. (Arif masuk ke dalam)

Mereka duduk di kursi yang terbuat dari karet.

POV Hasan : Matanya memandang berkeliling. Ruang tamu Arif sangat sederhana, bahkan lebih sederhana dari ruang tamu Hasan. Tidak ada pajangan apapun di temboknya. Tidak ada televisi di ruang tamu itu. Hanya satu set kursi karet tua dan sebuah lemari berpintu yang di atasnya tersusun Alquran tua.

Arif      : Ini teman-teman diminum dulu. Maaf aku tidak punya makanan. Kalau jeruk itu memang untukku. Boleh kita makan sama-sama di sini.
Teman 3   : Oh iya, hampir lupa. Kok dipegangin terus sih. Ini Rif dari kami bertiga. Semoga cepat sembuh ya.   
Arif      : (berakting) Wah apaan nih, aduh kalian memang teman yang baik. Untuk aku? Makasih ya!
Teman 2   : Alah, gak usah akting lah!
Semua tertawa.

Hasan     : Bapak kamu kemana Rif?
Arif      : Biasa lah, ngitungin angkot yang lewat.
Teman 1   : Bapak kamu yang suka ngitungin angkot dekat perempatan itu ya Rif?
Arif      : Tul. Seratus buat Lukman.
Teman 4   : Kalo di rumah sedirian kamu ngapain Rif
Arif      : Aku iseng-iseng bikin gantungan kunci dari batok kelapa. Mau lihat?

Arif melangkah menuju lemari kecil di depannya. Membuka pintunya dan mengambil sebuah kotak. Dibukanya kotak tersebut di depan teman-temannya. Di dalamnya terdapat beragam bentuk gantungan kunci dari batok kelapa. Ada yang berbentuk bulan sabit yang memiliki mata dan mulut, ikan, mobil, burung, dsb.

Semua melihat gantungan-gantungan itu dengan takjub. Kecuali Hasan. Dia malah memperhatikan kotak wadah gantungan kunci tersebut. Kotak itu sama persis dengan kotak sandalnya yang baru.

Arif melihat Hasan yang tidak peduli terhadap gantungannya.

Arif      : Ada apa San? Kayak orang diare. Bengong aja.
Hasan     : (menyadari Arif memperhatikan dirinya, mengelak) Ah, enggak kok, aku cuma mikir kamu bisa kayak gini siapa yang ngajarin.
Arif      : Ooo… yang ngajarin Bapak saya. Lumayan lho San saya bisa jual gantungan kunci ini di tempat ngetemnya angkot.

Hasan mengambil sebuah gantungan kunci. Diamatinya gantungan itu. Padahal saat ini pikirannya melayang ke kotak sandalnya. Pikirannya terbang pada sandalnya.

Hasan     : Kamu punya sandal ini? (sambil menunjuk kotak sandal tempat gantungan kunci)
Arif      : Tadinya sih punya, tapi karena ada yang suka sama sandal saya, jadi saya kasihkan saja.
Hasan     : Kamu kasihkan?
Arif      : Iya. Lagian, waktu aku pakai pertama kali, kakiku malah lecet.
Hasan mengangguk-angguk, mencoba menghubungkan-hubungkan cerita Arif dengan kejadian kehilangan sandalnya.

Hasan     : Kamu beli dimana?
Arif      : di toko sandal perempatan.

Hasan masih sangsi, apakah Arif yang mengambil sandalnya. Atau malah dirinya yang mengambil sandal Arif

CUT TO

#34. EXT. KAMAR MANDI. SORE
Kamar mandi rumah Hasan letaknya terpisah dari rumah. Ada sebuah sumur timba dan sebuah kamar mandi kecil kotak yang dindingnya hanya tersusun dari seng. Hasan terlihat sedang menimba dan menuangkan air ke dalam bak.
Hasan       : Bu, bak mandinya sudah penuh.
Ibu         : Ya. Kamu siap-siap ke masjid ya.
Hasan       : Ya Bu. (Hasan melangkah menuju rumah)

INTERCUT TO

#35. INT. RUANG TAMU. SORE.
Hasan masuk. Dinyalakannya lampu ruang tamu. Dilihatnya kotak sandal di atas lemari. Jantungnya berdetak. Diraihnya kotak sandal itu. Dibawanya ke tempat duduk. Perlahan dibukanya kotak itu.

POV Hasan : Sandal dalam kotak. Masih baru. Hasan mencium sandal itu. Masih sama seperti waktu ia menciumnya pertama kali. Hasan mengamat-amati sandal baru itu. Tak lama ia terkejut. Di bagian dalam sandal tersebut tertulis kumpulan huruf yang dibuat dari spidol. Hasan tidak salah baca. Huruf-huruf yang dia lihat bertuliskan “ARIF”.

Hasan terduduk lemas. Hasan bingung. Dia tersenyum bercampur sedih. Hasan menertawakan dirinya sendiri. Karena ternyata selama ini dialah yang bersalah. Selama ini dialah yang pencuri. Sedih, karena itu berarti sandalnya yang hilang. Hasan teringat kejadian-kejadian sebelumnya

DISSOLVE TO

#36. DEPAN TOKO SEPATU. SIANG. HUJAN
Hasan terlihat menghitung uangnya. Lima puluh ribu. Uang yang dia kumpulkan selama sebulan ini. Hasan masuk ke dalam toko sandal. Dia mengambil sebuah sandal dari gantungan pajangan. Dicobanya sandal itu. Hasan berjalan bagai peragawan di atas catwalk. Diciumnya sandal itu. Wangi. Hasan suka bau sandal yng masih baru.

Hasan ingat ketika dia membawanya ke masjid dan teman-temannya mengomentari sandal barunya.

Hasan ingat ketika dia merasa kehilangan sandalnya di masjid

Hasan ingat ketika ia mengambil sandal itu dari depan rumah Arif

Hasan ingat ketika dia harus bersembunyi agar dapat shalat.

Hasan tersenyum. Dia merencanakan sesuatu.

CUT TO


#37. INT. MASJID. SIANG
Hasan datang lebih dulu ke masjid. Masjid masih sepi. Baru ada beberapa jamaah yang datang. Jamaah yang lain mulai berdatangan. Suara pengajian terdengar merdu dari dalam masjid.

CUT TO

Hasan terlihat berdiri di balkon masjid lantai 2.

POH Hasan  : Dia memperhatikan orang-orang yang datang. Hasan tersenyum ketika dia melihat Arif dan Bapaknya datang. Hasan melihat Arif dan Bapaknya meletakkan sandal mereka di bawah pohon palem yang tumbuh di halaman masjid.

Setelah Arif dan Bapaknya masuk ke dalam masjid, Hasan segera beranjak dari tempatnya.

CUT TO

Hasan berdiri di depan sandal Arif dan Bapaknya. Perlahan dia membuka kotak sandalnya dan meletakkan sandal baru di atas sandal jepit Arif. Hasan lega. Tiba-tiba Hasan mendengar ada yang memanggil suaranya. Hasan mencari sumber suara.

Hasan terkejut, bahagia, dan haru. Segala rasa berkecamuk dalam hatinya. Dari kejauhan, terhalangi jamaah yang berdatangan. Samar-samar Hasan melihat Bapaknya berjalan menuju masjid dengan tongkat penyangga di ketiaknya.

Hasan menghambur ke arah Bapaknya. Hasan memeluk Bapaknya. Mereka berpelukan. Menangis. Jamaah yang berdatangan lalu lalang di antara mereka. Hasan segera membantu Ayahnya berjalan menuju Masjid. Masjid masih melantunkan ayat-ayat suci Alquran.

FADE OUT



SEKIAN


ALHAMDULILLAH
 Diselesaikan tanggal 17 Juni 2007 pukul 11.46