Oleh: Hari Untung Maulana (malu aku)
Malam Rasa Hampa
Nduk, malam
ini dalam sunyinya rasa hampa
Aku bagai
puisi tak berbait
Bagai cincin tak bermutiara
Semua
kosong di dalam dan luar
Semua isi dimana
Akan kucari
mutiara dari laut
Yang terdalam
Kan kucipta
bait puisi cinta dari kata
Penuh makna
Nduk,
betapa kata
tak bermakna,
Jika huruf tiada
Nduk ,
Kurindu
kau, bagai kata tak bermakna
Sentuh Cintaku
Kau sulam
warnaku
Dalam
hatimu
Sebagaimana
aku padamu
Kau sebut namaku
Dalam tangis dan tawamu
Sebagaimana aku padamu
Dua hati
serasi
Coba daki
gunung tinggi
Turuni
jurang berduri
Sembari
bergandeng tangan
Tuju istana
kecil
di taman
sakinah
Kusentuh citamu
Sebagaimana
Kau sentuh citaku
Musim Mencinta
Dalam badai
Hanya
suaramu yang terdengar
Memantul-mantul
utara selatan
Bagai anak
panah rasuk diriku
Dalam kemarau
Hanya matamu yang bersinar
Berpendar-pendar menyilaukan
Bagai matahari bakar hatiku
Musim gugur
tahun ini
Tumbuh
tunas kecil
Berkembang
sampai nanti
Kala kita
berjumoa
Mengharum
sampai nanti
Kala kita
berpisah
Kita yang kan rawat
Tunas kecil di taman kita
Kenangan Masa Depan
Laksana
cahaya
Waktu lesat
begitu cepat
Jumpa kita
dahulu, seakan baru sekejap
Wajahmu
belum ada dipikiranku
Yang
melayang cari jati diri
Hinggap di
bunga Batavia
Senyummu tak
sampai dimataku
Yang bangga
tinggalkan bunga dari ingatan
Suaramu
baru sentuh telingaku
Yang rindu
nyanyian perawan
Kosong yang
inginkan isi
di hati
Napasmu
telah rasuk jantungku
Yang
senantiasa menyeru
Dan merindu
kasihmu
Jasad ruhmu
kini jasad ruhku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terima kasih sudah memberi masukan