Senin, 03 Juni 2013

Puisi Zaman Melankolis 2003



Oleh: Hari Untung Maulana (malu aku)

 
Malam Rasa Hampa

Nduk, malam ini dalam sunyinya rasa hampa

Aku bagai puisi tak berbait
            Bagai cincin tak bermutiara

Semua kosong di dalam dan luar
            Semua isi dimana
Akan kucari mutiara dari laut
            Yang terdalam
Kan kucipta bait puisi cinta dari kata
            Penuh makna

Nduk,
betapa kata tak bermakna,
            Jika huruf tiada

Nduk ,
Kurindu kau, bagai kata tak bermakna


Sentuh Cintaku

Kau sulam warnaku
Dalam hatimu
Sebagaimana aku padamu

Kau sebut namaku
Dalam tangis dan tawamu
Sebagaimana aku padamu

Dua hati serasi
Coba daki gunung tinggi
Turuni jurang berduri
Sembari bergandeng tangan
Tuju istana kecil
di taman sakinah

                        Kusentuh citamu
                        Sebagaimana
                        Kau sentuh citaku


Musim Mencinta

Dalam badai
Hanya suaramu yang terdengar
Memantul-mantul utara selatan
Bagai anak panah rasuk diriku

Dalam kemarau
Hanya matamu yang bersinar
Berpendar-pendar menyilaukan
Bagai matahari bakar hatiku

Musim gugur tahun ini
Tumbuh tunas kecil
Berkembang sampai nanti
Kala kita berjumoa
Mengharum sampai nanti
Kala kita berpisah

Kita yang kan rawat
Tunas kecil di taman kita



Kenangan Masa Depan

Laksana cahaya
Waktu lesat begitu cepat
Jumpa kita dahulu, seakan baru sekejap

Wajahmu belum ada dipikiranku
Yang melayang cari jati diri
Hinggap di bunga Batavia

Senyummu tak sampai dimataku
Yang bangga tinggalkan bunga dari ingatan

Suaramu baru sentuh telingaku
Yang rindu nyanyian perawan
Kosong yang inginkan isi
di hati

Napasmu telah rasuk jantungku
Yang senantiasa menyeru
Dan merindu kasihmu

Jasad ruhmu kini jasad ruhku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih sudah memberi masukan