Pada semester 3-4,
tahun kedua aku di UNS. Pada suatu hari aku yang merasa sangat rendah
kemampuan membaca alquranku berbincang dengan teman satu kelasku bernama
Imam Mas Arum.
Kira-kira begini obrolannya…
“Mam, aku mau belajar ngaji nih (membaca alquran) tahu gak tempat mengaji yang bisa aku ikutin.”
“Tahu, ikut aja aku besok”
“Kemana?”
“Santai aja.”
Esoknya,
pada jam dan tempat yang telah kami sepakati, saya bertemu Imam Mas Arum
dan ternyata saya diajak ke aula masjid NH (Nurul Huda) masjid UNS yang
terletak gak jauh dari kampus FKIP dan sanggar peron. Di sana sudah
berkumpul beberapa orang pria dan wanita.
Yang pria mengenakan pakaian rapi dengan satu cirri khas pada dahi mereka, yaitu tanda hitam
Yang wanita seluruhnya mengenakan jilbab panjang dan mengobrol dengan santun
Sat itu, tidak ada
pelajaran alquran yang saya dapatkan, tetapi saya mendapatkan pelajaran
tentang keislaman yang lain. Dan…TERNYATA…setelah sekitar 3 kali ikut
ngumpul, aku diajak menjadi anggota SKI (Sie Kerohanian Islam) FKIP UNS
Mas-mas dan
Mbak-mbak itu ternyata calon pengurus SKI yang sedang mengikuti
pelatihan untuk menuju ke pelantikan. Mereka kader. Dan aku yang baru
ikut kegiatan perkumpulan sebanyak 2 kali –padahal tadinya cuma mau belajar mengaji- sudah diajak jadi pengurus.
Aku melalui proses
pelantikan di kampus UNS cabang kleco sana, (lupa nama tempatnya) yang
jelas anak-anak MIPA FKIP tadinya kuliah di sana sebelum pindah di
Kentingan.
Dan juga mengikuti up grading
di sebuah pesantren di kota Salatiga. Usai kedua kegiatan tersebut,
saya resmi menjadi pengurus (bukan cuma anggota) SKI FKIP dengan amanat
di Bidang Pelayanan Umat dengan ketua bidang saat itu Suyatno –temanku
satu kost, seorang mahasiswa FKIP prog. Akuntansi angkt 97-
Dua tahun aku terlibat di SKI dan karya terbesarku adalah Buku Saku Kost-kostan
Buku ini adalah
ideku untuk menyambut mahasiswa baru. Buku yang isinya data seluruh
kost-kostan di sekitar kampus UNS Kentingan. Latar Belakangnya adalah
karena aku mempunyai nomor kost-kostan teman-temanku di kampus yang aku
sadari, ternyata Tak Ada di Buku Telepon dari Telkom. Ya iyalah…
nama-nama kost-kostan gak bakal ada di buku telepon, soalnya, yang ada
kan nama pemilik kost.
Jadi, niatnya adalah mengumpulkan semua data. Mulai dari nama kost, nomor telepon, alamat, sampai fasilitas yang disediakan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terima kasih sudah memberi masukan