Awal ku kuliah,
aku sudah tertarik dengan teater yang tumbuh dan berkembang di kampusku,
salah satunya adalah teater Fakultasku; KELOMPOK PERON SURAKARTA
MAHASISWA PEKERJA TEATER FKIP, atau nama tenarnya adalah Teater Peron.
Di UNS
(Universitas Sebelas Maret Surakarta) setiap Fakultas memiliki kelompok
teater sendiri: Tesa (Sastra), Peron (Pendidikan), Delik (Hukum), Sopo
(FISIP), Besi Tua (Teknik), Kedok (Kedokteran), Tukul (Pertanian),
Gadang (Ekonomi), dan lupa ? (MIPA)
Selama empat tahun
aku terlibat dengan komunitas Teater Peron, banyak pengalaman berharga
yang ternyata sangat bermanfaat sebagai bekal aku mengajar Bahasa
Indonesia. Aku sempat berpikir, apa yang diajarkan oleh teman-temanku
tentang teater bagi yang tidak pernah terlibat di teater. Tentu hanya
text book saja.
Ketika di Peron, banyak naskah teater yang melibatkan diriku sebagai pemain, yaitu;
® Mega-mega karya Arifin C. Noer à
aku terlibat dua kali pementasan, pertama adalah ketika pentas laborat
di aula FKIP (15-12-98) dan kedua ketika pentas produksi di Taman Budaya
Surakarta. Keduanya aku berperan sebagai Tukijan seorang preman kampung
yang mau mengangkat pelacur dari jurang kecelaan (ceila bahasanya).
® Mantramuk karya Sutardji Calzoum Bachri à
sebetulnya pentas illegal, karena naskahnya adalah karya Sutardji dari
berbagai puisi yang dijadikan satu dan diolah sedemikian rupa sehingga
menjadi satu kesatuan berkesinambungan. Padahal puisinya sendiri gak
kayak gitu. Tapi insya Allah gak ada maksud apa-apa kok. Maaf ya Pak
Tardji. OIA, naskah Mantramuk ini penggubahnya adalah saya sendiri dan
pementasannya dipercayakan sebagai sutradara adalah saya sendiri juga.
Inilah karya pertama saya di peron (7-12-99).
® Pengantin karya Anton P. Chekov à
Dua kali pula saya bermain sebagai Bapak Tuminah dalam pentas
pengantin. Pertama di aula FKIP dan yang kedua di lapangan kampung (nama
lupa, yang jelas di dekat rumahnya Mas Adi mBatak)
® Oemar Bakri karya Hanindawan à
Dipentaskan di aula Gedung Badan Eksekutif Mahasiswa FKIP. Berperan
sebagai pejabat yang gak peduli dengan pendidikan bangsanya.
® Pewaris karya Wisran Hadi à
Dipentaskan (8-6-2001) sebagai Pentas Produksi (pentas terbesar Teater
Peron) saya berperan sebagai salah satu warga yang menunggu kedatangan
seorang imam mahdi yang akan menyuburkan kembali tanah kampung yang
kekeringan.
® Suprihero karya Hari Untung Maulana à
ini adalah karya saya yang kedua. Dibuat untuk mengikuti lomba
pantomime se-Jawa dan Bali yang diadakan oleh teater Gadang F. Ekonomi
UNS (27-2-2002). Jadi ini adalah pentas Pantomim. Alhamdulillah mendapat
juara ke-2.
® Istri dan Anak karya (lupa) à
Di sutradarai oleh saya. Merupakan karya dramatisasi puisi. Hanya dua
pemain dalam pementasan ini, yaitu saya sendiri dan teman satu
komunitas, Maryana atau biasa dipanggil Mamank
® Gurita Putih koreografer Hari Untung Maulana à
Sampai saat ini, gurita putih adalah pentas tari pertama dan terakhir
karya dan garapanku. Dipentaskan ketika pentas promosi. Menceritakan
tentang narkoba yang putih tapi menjerat.
® Isyu karya Heru Kesawa Murtie à Berperan double casting. Sebagai mahasiswa dan penjual. Dipentaskan di aula FKIP UNS.
® Perang Sang Pahlawan karya Hari Untung Maulana à karyaku yang dipentaskan di panggung 17-an di sebuah kampong di Solo. Lupa nama kampungnya
® BLA (Bikin Lebaran Asyik) karya Hari Untung Maulana à karyaku yang ini dipentaskan di acara buka puasa bersama Teater Peron Surakarta
® Taman karya Iwan Simatupang à
disutradarai oleh saya sendiri, ini adalah pentas teater sungguhan
pertama yang saya tangani (18-12-2002). Maksudnya benar-benar melibatkan
semua unsur teater. Dibuat setelah saya mendapat gelar S.Pd.
® Joko Tarub karya Angga Radio Rusak à dipentaskan di aula FKIP UNS menyambut mahasiswa baru.
Di
kelompok ini, aku menemukan bakatku. Yaitu, berkreativitas. Di sini,
aku sempat menjadi wakil ketua bidang penalaran, sebuah bidang yang
sampai saat ini aku tidak tahu maksud diadakannya bagi sebuah kelompok
teater. Tetapi salah satu tugasnya adalah memberi masukan disetiap rapat
(padahal semua anggota juga boleh ngasih masukan).
Pernah
juga menjadi pimpinan redaksi untuk madding teater. Wah bakatku juga
terasah di sini, aku mengatur lay out mading sehingga menjadi indah dan
nyaman untuk dibaca.
Yang
jelas aku jadi bisa mengasah bakatku di akting –jangan salah, sejak SD
aku sudah tertarik pada akting dengan beberapa kali mengikuti lomba
membaca puisi dan pentas puisi tingkat 17-an-
Banyak pengalaman yang tak terlupakan di sini. Insya Allah. Begitu ada yang aku ingat nanti kita lanjutkan kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terima kasih sudah memberi masukan