Sabtu, 18 Januari 2014

Rumat-Rumit Bibit Atlet

ORKES (Mengorkeskan Olahraga Mengolahragakan Orkes)
Sumber: Majalah HumOr - Majalah Gerrr Nasional
No. 60
24 Mar - 13 Apr 1993
Harga Rp2.300
(Tarif khusus lebaran)
Halaman 52-53

di tik ulang dari koleksi sendiri

Rumat-Rumit Bibit Atlet
Oleh : DMS (Kalau enggak salah kira MDS adalah Bapak Darminto M. Sudarmo redaktur pelaksana majalah HumOr.... ptik)

Bibit atlet tidak jatuh dari langit. kalau ada yang nekad mau begitu, pasti nyindir. mana mungkin bisa, jatuh dari langit? apalagi jatuhnya di lapangan? yang tanahnya keras. Mending kalau ada rumputnya, kalau lapangannya pakai ubin?

Jadi kompromi saja, deh. Bibit atlet itu datang dari keajaiban seorang ibu. Waktunya: bisa pagi, sore, malam, atau dini hari. Munculnya: bisa di rumah sendiri atau di rumah sakit.

Tapi soal di kemudian hari ia benar-benar jadi atlet atau tidak, tergantung nasib. Sejujurnya saja, kita belum punya pemandu bakat yang aktif banget. Maka, supaya gerakan pemandu bakat atlet dapat lebih aktif dan memperoleh hasil yang maksimal, tak salah mengikuti beberapa petunjuk yang dijamin pasti menyesatkan ini:

1. Sejak lahir, bakat bayi sudah ketahuan. Kalau dia menangis keras sekali, pasti masa depannya jadi penonton.

2. Di usia balita, kalau kemampuan berjalannya lebih dulu dibanding ngomongnya, pasti masa lalunya seorang bayi

3. Di masa kanak-kanak, kalau kemampuan matematikanya lebih bagus daripada menggambar, pasti dia membenci guru seni-rupanya.

4. Di sekolah menengah, kalau kemampuan bahasa Inggrisnya lebih bagus daripada olahaga, pasti ia punya pacar orang asing sekali.

5. Di masa kuliah, kalau ia lebih suka ngumpet di perpustakaan daripada main voli atau tenis, pasti ia seorang pemalu.

6. Di masa dewasa, kalau ia terlalu sibuk bekerja, lupa olahraga, lupa jalan kaki, pasti tubuhnya pelan tapi pasti berkembang semakin gendut.

7. Di masa tua, kalau ia terlalu getol berolahraga, pasti ia punya bakat besar jadi atlet. Cuma... sudah telat.

8. Di masa manula, kalau ia masih suka lompat-lompat dan jumpalitan, pasti tua-tua keladi. Artinya, makin tua makin tak tahu diri.

9. Di masa renta, kalau ia tetap juga berolahraga, itu namanya omong kosong!




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih sudah memberi masukan