Selasa, 01 Oktober 2013

10 Unsur Pementasan Teater: (7) Tokoh or Wayang

Pemain or Wayang
Tulisan: Hari Untung Maulana

Ketika saya membuat tulisan yang ke-6
Saya  baru ingat... ada yang terlupa...
tak pikir-pikir lagi....
Lha kok cuma 9 ya?
Apaaaa gitu yang kelewat...
Lha kok ternyata... malah inti dari teater itu sendiri....
                                                                                                ........... PARA PEMAIN.

Sumpah Suer Potong Leher... enggak sengaja lupanya.

Seharusnya pemain tuh ada diurutan ke-3 setelah sutradara...
ada naskah, ada sutradara, nah selanjutnya sutradara milih tokoh..... getho lho maksudnya...

ya udah, enggak usah dirasan nemen-nemen (dirasa banget-banget) kita lanjut okeh..

Kadang, sutradara  sudah punya gambaran siapa saja yang akan diajak main...
itu karena, ketika membaca naskah.... sutradara tuh sudah berpikir..."Kayaknya si Harun cocok nih".

tapi ada juga sutradara yang secara terbuka mengadakan program casting.

calon pemain tuh harus ikut casting atau diajak sutradara....
     Kalau Anda casting aja enggak ikut.... terus enggak juga diajak sutradara untuk main.... apalagi ternyata enggak ikut teater..... lha kok ndilalah ya enggak suka teater.... Berarti Anda jangan mengharapkan jadi pemain....

Seorang pemain teater tuh harus orang yang siap diarahkan.... sutradara punya imajinasinya sendiri...
----lha kalau enggak mau diarahkan sutradara... terus gimana???

Seorang pemain teater harus mau membaca dan menghafal naskah drama yang sebegitu tuebelnya...
----kalau enggak hafal.... apa mau bikin dialog sendiri di pentas... bubrah semua nanti....

seorang pemain teater harus menyediakan waktu yang cukup untuk latihan
----pemainnya ada lima.... rupa-rupa warnanya... merah kuning kelabu hijau muda dan biru..... Lha terus si hijau jarang ikut latihan... empat yang lain ya bingung... apalagi kalau si hijau banyak dialog dengan tokoh yang lain... kalau sudah enggak bisa diatur... ya di dor saja.

Seorang pemain teater harus orang yang sabar...
----kadang sutradara suka berubah-ubah arahannya... sabar.
----kadang temen mainnya enggak datang.... sabar
----kadang mesti latihan sampai dini hari.... sabar
----latihan 3 bulan pentas 2 jam enggak dibayar.... sabar
----mukanya di celomet celemot... di ubyek-ubyek.... sabar
----udah abis pentas...capek...gerah...lapar...ngos-ngosan.... ada yang nyeletuk.... actingnya jelek...
                                                         SIAPA???? SIAPA YANG BILANG!!!! MANA ORANGNYA!!!

Seorang pemain teater itu, harus melakukan observasi
Saya misalnya akan berperan jadi kakek-kakek yang pernah kena stroke
lha kan saya harus mengamati kakek-kakek seperti itu tho....
                                                                               cara jalannya bagaimana?
                                                                               cara bicaranya bagaimana?
                                                                               cara ndehemnya bagaimana?
                                                                               cara pegang gelasnya bagaimana?
                                                                               cara tidur enggak usah dilihat.... palingan ya merem.

Seorang pemain teater itu punya idealisme yang tinggi lho...
Jarang ada pemain teater yang mau diajak main sinetron...
Coba bayangkan....
pemain teater mesti baca naskah dan ngafalin naskah....
pemain teater kalau salah dipanggung ya harus lanjut...
suaranya harus kuenceng.... menggelegar membahana...

lha kalau pemain sinetron...
baca naskah di tempat syuting...enggak perlu ngafalin banget-banget
kalau salah omong atau salah gerak... tinggal... CUT!!!
Suaranya pelan-pelan saja enggak apa-apa.... kan ada mik yang super sensitif

Saya lho... 5 Tahun jadi pemain teater.... enggak pernah mau main sinetron....
Lha yang nawarin juga enggak ada........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih sudah memberi masukan