oleh Hari Untung Maulana
Bersekolah di sekolah berasrama tidak lantas menjadikan tanggung jawab pendidikan dan pembentukan karakter terlimpahkan hanya pada sekolah. Orang tua juga dituntut dapat bekerja sama dengan sekolah agar terpadu dalam membentuk karakter anak.
1. Pahami aturan yang berlaku di sekolah.
Segera download atau minta aturan yang berlaku, pelajari, pahami, dan kuatkan diri untuk memberikan nasihat yang terbaik bagi putra/putrinya yang ditinggal di sekolah.
Banyak orang tua yang baru membaca aturan atau baru menggugat sebuah aturan di sekolah ketika anaknya tersandung masalah.
Sekolah berasrama tidak bisa 100 persen membina para siswa jika tidak mendapat bantuan dan dukungan dari orang tua. Pencegahan yang efektif bisa diberikan oleh orang tua. Nasihat yang diberikan ketika menelepon atau berkunjung dapat menjadi penghalang siswa untuk melakukan pelanggaran.
2. Jangan mengajarkan atau mendukung pelanggaran pada anak.
a. Merasa tidak apa-apa pulang kembali ke asrama setelah mengambil anaknya.
b. Memfasilitasi pelanggaran si anak
c. Mendukung pelanggaran anak (bahkan di depan anaknya sendiri)
Tiga contoh di atas merupakan hal yang paling sering dilakukan oleh orang tua. Padahal, hal-hal tersebut memberikan pembelajaran yang tidak baik anak.
(a) Ketika di sekolah diajarkan untuk disiplin masuk tepat waktu. Tetapi orang tua dengan entengnya berkata pada anaknya, "Gak apa-apalah telat dua hari, Ayah masih sibuk gak bisa nganterin ke asrama." Bahkan, sudah terlambat mengantarkan sang anak, orang tua ngotot tidak mau menerima konsekuensi apapun dari keterlambatannya tersebut. Tentu perilaku ini akan dengan mudah di copy paste oleh si anak.
(b) Anaknya minta dibelikan handphone, padahal di asrama handphone dilarang. Asrama sudah menyediakan telepon asrama. Anak berdalih agar bisa terus terhubung dengan keluarga. Akhirnya orang tua memberikan handphone bahkan dengan nasihat bijaknya, "Jangan sampai ketahuan wali asrama ya!" Niscaya, anak akan belajar bahwa berbuat curang itu boleh kalau didukung orang tua.
(c) Orang tua dipanggil pihak sekolah karena anaknya ketahuan pacaran. Ketika orang tua dan anak menghadap kepala sekolah, dengan arogan, orang tua berkata, "Tidak apa-apa anak saya pacaran. Kakak-kakaknya semua juga pacaran, tapi bisa jaga diri. Saya dulu pacaran akhirnya nikah juga sama mamanya." Hadeeh... orang tua mengatakan itu bahkan di depan Anaknya yang percaya bahwa orang tua dukung saya untuk menggugat aturan.
3. Ada masalah apa di sekolah / asrama?
Ketika hari menelpon, diharapkan orang tua tidak menanyakan, "Ada masalah apa di sekolah?" Jika anak mendapat pertanyaan tersebut, sudah pasti jawabannya adalah permasalahan selama dia bersekolah atau bersosialisasi di asrama. Dia akan mengingat-ingat dan mencari masalah apa yang bisa dilaporkan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Jika dalam dirinya tidak ditemukan, dia coba laporkan yang terjadi pada teman-temannya.
Alangkah lebih baik jika ketika bertelpon, orang tua dapat bertanya, "Kegiatannya apa saja?", "Apa yang kamu sukai di sekolah?", "Apa yang kamu sukai di asrama?", "Teman yang bikin kamu nyaman siapa? Gimana dia?" dll.
4. Jalin hubungan baik dengan wali asrama, wali kelas, kepala sekolah, guru BK, mentor, dll
Minta nomor telepon mereka, kunjungi ketika menjenguk ananda, jalin pertemanan di dunia maya, dsb adalah cara yang mudah untuk menjalin hubungan baik dengan mereka yang terlibat langsung dalam perkembangan ananda di sekolah.
5. Jangan menyelesaikan masalah sendiri
Ketika ananda lapor atau curhat tentang sesuatu hal dan Anda perlu mengklarifikasi kebenaran berita yang disampaikan, maka Anda bisa mengklarifikasi pada individu tersebut selama berita yang ingin Anda klarifikasi adalah berita positif.
Namun, saran saya, jika berita yang disampaikan si anak adalah laporan pelanggaran yang memungkinkan siswa lain atau guru di sekolah itu bisa terjerat masalah pelanggaran kode etik, sebaiknya langsung laporkan ke kepala sekolah.
Tentu akan lebih efektif, ketika Anda lapor ke kepala sekolah, daripada Anda memaki-maki di telepon guru yang mencubit anak Anda.
Jika laporan berkaitan dengan perilaku siswa lain, maka Anda juga tidak boleh turun langsung ke siswa tersebut dan mengklarifkasi berita yang di dengar dari ananda.
Misalnya, Anak lapor kalau dia dipukul oleh temannya, dua hari kemudian, orang tua datang ke asrama dan mencari anak yang memukul anaknya lalu memarahinya atau mungkin sekadar menasihatinya. Sebagai orang tua, tentu hal tersebut tidak bijaksana. Alangkah baiknya jika hal tersebut diselesaikan oleh wali asrama/wali kelas dan orang tua hanya meminta progress kasus yang terjadi.
6. Ambil rapot anak
Banyak kejadian orang tua yang anaknya di sekolah berasrama tidak mengambil rapot anaknya. Dengan alasan, "Bisa kapan saja lah." Padahal, kegiatan mengambil rapot anak dan bertemu serta berdiskusi dengan wali kelas merupakan seni tersendiri bagi orang tua. Orang tua jadi mengetahui tumbuh kembang anak selama di sekolah atau di asrama.
Dan orang tua yang mengambil rapot juga menjadikan anak menaruh hormat pada orang tua yang peduli terhadap dirinya.
7. Ciptakan lingkungan sekolah di rumah
Ketika waktu liburan, orang tua sebaiknya tetap menerapkan aturan yang ketat sesuai dengan kebiasaan yang diterima anak di sekolah atau di asrama.
Jika anak selama di asrama terbiasa merapikan kamarnya, mencuci piring setelah digunakan, shalat tepat waktu. Maka, orang tua jangan memberikan kelonggaran dengan dalih, kasihan mumpung liburan.
Shalat Subuh wali asrama keliling membangunkan anak-anak agar bisa berjamaah di masjid. tetapi ketika liburan, orang tua memaklumi ketika anaknya kesiangan dan memilih shalat sendirian di kamar. Janganlah seperti itu.
Demikian sedikit catatab dari saya, jika ada masukan, monggo dituliskan di kolom komentar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terima kasih sudah memberi masukan