Minggu, 26 April 2015

Pelet Dulu Pendapatan Santet Kemudian ke Pengadilan

oleh: Adra P. Daniel

Boneka kain wol itu begitu lucu. Rambutnya dari benang wool warna hitam. Berkepang dua dan berponi. Matanya dari manik-manik yang berkilau. Bajunya berwarna orange cerah dengan hiasan kancing kecil di bagian dada. Ini memang boneka perempuan.

"Namanya Dian Nitami," kata Lelono sambil membelai boneka kainnya.

"Kok kayak nama bintang film, sih?" tanya Mbah Suro, dukun berambut kribo yang duduk di depannya

"Lha, apa nggak boleh? Apalah arti sebuah nama. Meski bonek, ia harus bebas dari diskriminasi. Ia layak mendapat nama yang indah," protes Lelono. Sang dukun hanya manggut-manggut.

"Jadi, siapa sebenarnya yang akan disantet?" tanya Mbah Suro

"Bukan disantet, Mbah. Tapi dipelet. Saya ingin memelet Dian Nitami, kali ini Dian yang manusia."

Lho?! Mbah Suro membeliakkan matanya. Mau memelet bintang film tinggi langsing, cantik, dan berambut panjang itu? Apa nggak salah! Untung Lelono segera menjelaskan, "Yang saya maksud Dian Nitami penjual nasi rames di depan kantor saya, Mbah."

Mbah Suro pun mengabulkan permintaannya, ia memandikan sang boneka dengan air kembang tujuh rupa. "Keringkan boneka ini, lalu kirimkan alamat yang kau maksud, bila ia mencium boneka ini hatinya akan luluh terhadapmu." Lelono senang bukan kepalang. Ia sampai lupa membayar uang lelah Mbah Suro.

Selama nasib pelet tidak seperti santet -diributkan dan diancam akan dimasukkan KUHP- banyak  orang yang masih memanfaatkannya. Bila dengan cara normal dan rayuan lembut masih tak mempan, banyak orang menempuh 'jalan sesat'. Satu hal, jika ada yang jatuh hati pada seseorang tapi bertepuk sebelah tangan, dan ia tak mampu mengatasi perasaannya itu -dengan cara mencintai orang lain, misalnya- maka, bagi yang nekad, ada kecenderungan untuk mengadakan kontak dengan dukun pelet yang paling ampuh. Biayanya tak terlalu mahal, cukup seekor kambing betina lengkap (artinya, lengkap dengan 10 pejantan)

Pelet sering diartikan dengan manipulasi kekuatan magic baik black maupun white dengan perasaan cinta. Biasanya pelet dilakukan dengan perantara benda. Lelono memilih boneka, Suparyo, mantan pejabat teras, memilih uang emas, konon karena Tieneke yang diincarnya senang mengoleksi uang emas. Tapi Julini memakai tempe sebagai perantara, sebab Elvis yang macho itu vegetarian dan pemangsa 'tempe' kelas berat.

Siapa pun tahu jalur menyabet cinta dengan cara pintas begini amat sangat salah. Agama mana pun, konon, melarang. Seorang pencinta sejati mengutuk pelet dan menyejajarkan dengan bahaya laten di suatu negeri. "Cinta harus tumbuh dengan sendirinya, tak bisa dibetot apalagi diasapi pakai kemenyan." Jadi, bila Anda belum pernah menggunakan pelet, satu pesan buat Anda: Jangan dicoba. Kalau sudah terlanjur, ikuti saran berikut ini yang mudah-mudahan tak bikin tambah runyam.

Pertama, peletlah dia dengan cara yang paling halus. Kata-kata halus, benda halus, dan lewat perantaraan makhluk halus (seperti pasir, susu bubuk, kokain -segala sesuatu yang halus dan lembut di tanga). Biasanya, wanita kan suka memakai barang halus, seperti berlian 100 karat.

Kedua, jangan memelet yang tak mungkin dipelet. Misalnya, istri dukun pelet atau anak gadis sang dukun. Sebab para dukun cenderung memberi penangkal anggota keluarganya terhadap 'kejahatan' yang sewaktu-waktu menimpa mereka. Dan, jangan memelet orang yang memang ingin dipelet. Soalnya percuma, buang-buang tenaga dan waktu.

Ketiga, boneka yang dipakai sebagai alat pemelet haruslah yang cantik. Kalau cuma punya boneka Pinokio atau Doraemon janganlah nekad ingin memelet orang. Usahakanlah memakai manekein yang biasa dipajang di etalase toko. Pilihlah yang kakinya indah, leher jenjang, dan pipi tirus. Hal ini pernah dicoba seorang pelanggan toko baju yang memelet pemilik toko (syang, yang kepelet malah manekinnya).

Keempat, lakukanlah pelet sedini mungkin tanpa merugikan orang banyak. Kalau menunda waktu, bisa berabe. Konon, kalau santen bisa gol masuk KUHP, pelet pun akan menyusul nasib si santet, rekan yang sama-sama berasal dari 'pabrik' yang sama: dukun.

Alkisah
di zaman modern ini, seorang duda beranak dua puluh lima jatuh cinta pada gadis manis anak ke dua puluh lima seorang janda. Gadis yang menanti kehadiran jejaka tampan dalam hidupnya itu sedang bersedih. Sebab, sang jejaka idaman tak kunjung datang, yang berkunjung malah duda berambut putih, berbaju putih dan bergigi ompong.

Sebagai seorang gentleman 'duda putih' itu datang meminang sang gadis pada ibunya. "Boleh, asal kawin dahulu dengan saya," tawar ibunya. Tapi sang duda menolak, ia cuma ingin mengawini sang gadis.

Sayang, sang gadis menolak. Sekali tak sudi tetap tak sudi.

Segala jalan ditempuh sang duda, tapi tak berhasil. Meski telah diiming-imingi runah mewah di Beverly Hills dan kapal pesiar di Laut Kaspi, si gadis tetap menolak. Akhirnya, sang duda menempuh jalan pintas, mengunjungi dukun pelet.

"Ia suka makan serabi, Mbah," kata sang duda. Maka lewat perantara kue serabi obat pelet dimasukkan.

Si gadis menerima kiriman serabi itu. Sebagai balasan, ia pun memberi kur talam buat si duda. Diterima sang duda dengan suka cita. Seminggu berlalu, obat pelet itu pun telah bekerja, kini sang gadis benar-benar jatuh hati pada si duda. Jatuh cinta habis-habisan.

Sayang, cintanya tak kesampaian. Karena si duda sudah keburu mati. Si gadis memasukkan ajian santet lewat kue talam yang diberikannya...

#Dimuat dalam majalah HumOr Oktober 1993

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih sudah memberi masukan