Kamis, 30 Juli 2015

6 Tips Persiapan Menulis Novel

Oleh: Hari Untung Maulana

Jiaaaahhhh... ngasal banget ya saya..
Novelnye dicetak ajah belon pernah... udah mau ngasih tips...
yah, ini sekadar share hal-hal yang saya ketahui, pahami, sudah saya coba terapkan, tapi belum sampai percetakan... hehehe

Sebenarnya sih saya sudah pernah nulis novel... masalahnya, tu novel novel horor
Eh, ada seorang ustaz yang tahu saya nulis novel,
lalu beliau berkata.
"Apapun yang kita tulis akan kita pertanggungjawabkan di akhirat."
karena merasa tu novel kagak mendidik.... yawdah... cuma sampe komputer aja bentuknya.

Tapi sebagai seorang guru bahasa Indonesia, kita tetap harus bisa memberikan motivasi kepada siswa kita untuk bisa menciptakan sebuah karya sastra -- padahal gurunya belum pernah ;(
gapapa

Berikut 6 tips dari saya dalam menulis novel

1. Detil Setting Lewat Foto
Banyak kan tuh, novel yang mengambil setting tempat real di muka bumi....
misalnya, perkampungan kumuh, museum, taman bermain, dll
Sebagai bahan memperkaya deskprisi kita terhadap tempat tersebut
maka Anda perlu datang dan memperhatikan detail lokasi.

Saya salut banget sama novelnya Dan Brown yang sukses mengajak saya berkeliling Vatikan
dan Museum Louvre hanya lewat penggambaran settingnya yang detil.

Kalau perlu, ambil foto sebanyak-banyaknya
tiap sudutnya, suasananya, warna-warna indahnya, lantainya, atapnya, ramainya, dll.

2. Buat Pohon Silsilah
Yang ini saya salut banget sama cerita bersambungnya Bastian Tito... Wiro Sableng
(Saya dulu ngoleksi tuh)
Saya membayangkan Bastion Tito memiliki satu papan tulis besar berisi silsilah dan alur kehidupan para tokohnya...

Sampai ada asal usul, kenapa dia jadi musuhnya dia, kenapa dia tangannya hilang satu, kenapa dia senjatanya mirip sama dia, kenapa dia merasa kalau dirinya ternyata dia, ternyata dia anaknya dia, ternyata dia emaknye dia, wah... komplit banget susunan penokohannya.

Sepertinya memang cocok buat cerita bersambung yang tokohnya beragam dan diceritakan dalam waktu yang lama.

Tapi, pohon silsilah juga cocok jika diterapkan di novel-novel misteri atau petualangan.

3. Perkuat Unsur Esktrinsik
Selain unsur intrinsik, unsur ekstrinsik juga harus kuat.
Misalnya, nih, Anda mengambil setting tahun 1990-an...

Nah, untuk manghadirkan suasana tahun tersebut, jangan lupa, di novel Anda masukkanlah nama penyiar radio 90-an yang sedang koar-koar di radio yang sedang didengar tokoh, permainan-permainan gaul tahun itu, film tahun itu, lagu yang lagi nge-trend, dandanan yang lagi in, dsb

4. Pembelajaran Bahasa
Banyak bahasa baku yang kurang diketahui khalayak, buatlah glosarium sebagai sarana edukatif buat pembaca. Mislanya, Anda ingin menggunakan kata lembayung, saujana, calir, istilah-istilah kedokteran, istilah-istilah hukum, atau penggunaan bahasa daerah. Maka, hal yang baik untuk pembaca memahami alur cerita adalah, Anda menyediakan glosarium.

5. Biodata Tokoh
Anda memiliki 3 orang tokoh utama, agar lebih hidup, Anda bisa membuat tokoh-tokoh itu lengkap dengan jati dirinya.
  1. Nama
  2. Tempat Tanggal Lahir
  3. Hobby
  4. Bentuk tubuh (rambut, mata, warna kulit, postur, dll)
  5. Normal/Cacat, jika cacat maka Anda harus bisa memahami karakteristik tokoh. Misalnya, Anda harus bisa memahami tokoh yang buta warna, berarti dia akan melihat warna x sebagai warna y.
  6. Sifat : Pemarah, pemalu, sabar, dll.
  7. Sahabat
  8. Idolanya
  9. Warna, makanan, minuman, dll pavorit
  10. Ideologinya
  11. dll
Ingat, jati diri tokoh harus dibuat secara konsisten. Jangan pada halaman sekian, si tokoh bilang hanya takut pada kecoa, tetapi di halaman lain, dia lari ketika kejatuhan cicak.

6. Dekat Dengan Diri Sendiri
Novel yang mudah dibuat adalah novel yang dekat dengan diri sendiri.
NH. Dini sangat piawai menulis novel yang bersetting Jepang, karena beliau pernah tinggal di Jepang

Ahmad Fuadi mengerti seluk beluk dunia pesantren dan ditungkan dalam Negeri 5 Menara, karena beliau pernah bersekolah di pesantren.

Dewi Rieka bisa begitu fasihnya menceritakan kehidupan anak kos pada Anak Kos Dodol, karena dia dia pernah nge-kos

Jadi, kita bisa saja menuliskan sebuah cerpen atau novel tentang kejadian di sekolah, atau pengalaman kita sebagai guru bahasa Indonesia

Bisa saja kita minta siswa-siswa kita menuliskan cerpen tentang satu episode dalam kehidupannya. 
yah... sedikit di dramatisir oke-lah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih sudah memberi masukan