Jumat, 20 Maret 2015

Perkembangan Metodologi Penelitian

oleh: Hari Untung Maulana, S.Pd.

Sebagai sebuah usaha belajar mandiri sebelum diajari dosen

Seiring makin bertambahnya usia dunia
Sejalan makin tuanya umur peradaban
Selaras dengan makin uzurnya ilmu pengetahuan
tentu melahirkan perubahan-perubahan dalam dunia penelitian

Metodologi penelitian yang ada saat ini
telah melewati serangkaian uji coba oleh waktu dan kebutuhan manusia
pergantian dan perubahan
pengembangan dan elimininasi
menjadi hal yang sangat nisbi dalam kehidupan metodologi itu sendiri.

RUMMEL (dikutip oleh Sutrisno Hadi dalam bukunya: Metodologi Research (1985: hlm 4 dan 5)
membagi perkembangan metodologi penelitian dalam beberapa fase:

1. Trial (mencoba) and Error (salah) --> (Mencoba dan mencoba lagi)
a. Pada masa ini, ilmu pengetahuan dalam pemikiran manusia baru sampai tahap embrio.
b. Ketika menyusun ilmu pengetahuan, manusia masih belum menggunakan dalil-dalil atau hukum yang bersifat logis
c. Demi mendapatkan jawaban atas permasalahan, manusia cenderung melakukan percobaan-percobaan sederhana. Dicoba sekali...coba lagi... coba lagi...sampai menemukan jawaban yang tepat.
d. Sistematis dan tata urutan penyelesaian masalah, belum disusun dengan baik dan dilakukan sambil lalu.
e. Manusia melakukan pengamatan-pengamatan sederhana dan bersifat kualitatif.
f. Belum memiliki pemikiran hipotesis terhadap masalah yang dihadapi karena masih sederhananya pola pikir.

2. Authority (kewenangan) and Tradition (tradisi)
a. Masa ini, manusia dalam hal ini masyarakat sudah memiliki pegangan dalam bertindak, yaitu, pendapat-pendapat nenek moyang dan orang-orang terdahulu (pemimpin, kepala suku, dll.)
b. Pendapat masa lalu, dijadikan sebagai doktrin kepada anggota kelompok untuk selalu dilaksanakan tanpa kritik dan pertanyaan
c. Beberapa kasus, pendapat itu dirasa tidak benar (oleh kita=manusia abad ini) tetapi, dalam keterbatasan pola pikir dan pengetahuan serta disampaikannya pendapat itu oleh pemimpin, maka pendapat itu menjadi sebuah kebenaran (saat itu). Pemimpin selalu mengatakan kebenaran.
d. Ketika, seorang anggota masyarakat, berpikir tentang pendapat pemimpin yang menurut dia tidak benar, maka, anggota masyarakat itu dianggap membangkang atau pengkhianat.
e. Semua ilmu pengetahuan baru, harus berasal dari kumpulan pemimpin.

Masa ini adalah masa, ketika pengetahuan menjadi modal penguasa dalam memegang kekuasaan terhadap masyarakat. Dan, ketika ada pendapat baru yang bertolak belakang, maka para pemimpin akan menolak dengan keras, karena dianggap pendapat baru tersebut akan menjatuhkan kepemimpinan mereka.

contoh yang tepat adalah ketika Copernicus mengeluarkan pendapat baru yang mengatakan bahwa matahari adalah pusat alam semesta dan bumi serta bulan mengelilinginya. Karena pendapat barunya tersebut tidak sesuai dengan paham yang saat itu menjadi pegangan, Maka,  terjadi penolakan besar bahkansampai berujung pada kematian (duhukum mati) Copernicus.

Namun, berkat usaha gigih dari penerus Copernicus, seperti Galileo, Kepler, Drahe, Newton, dan dengan semakin berkembangnya pengetahuan serta kemampuan ilmuwan untuk meyakinkan pemimpin dengan fakta-fakta... akhirnya, tempurung yang selama ini menutupi katak, mulai terbuka.

3. Speculation (spekulasi) and Argumentation (argumentasi)

Pada fase ini,

a. Kepercayaan-kepercayaan atau dogma yang selama ini disyiarkan dengan penuh semangat dan tanpa kritik, mulai diragukan.
b. Beberapa ilmuwan mengambil spekulasi, kalau dogma-dogma selama ini, bukanlah dogma yang benar.
c. Ilmuwan mulai menemukan jatidirinya, mereka mulai berani membentuk kelompok-kelompk diskusi dan debat untuk mempertanyakan fakta-fakta yang selama ini harus mereka percaya.
d. Kelompok-kelompok ilmuwan ini, mulai mencari kebenaran dari pengetahuan sepihak yang dikeluarkan oleh para pemuka agama atau para pemimpin negara.

e. Ditemukannya alat-alat penunjang penelitian
f. Dibukanya sidang diskusi antara ilmuwan dan ahli agama / penguasa
g. Para ilmuwan belajar dan memiliki kemampuan untuk menjawab segala spekulasi dengan spekulasi, juga mampu membantah argumentasi (sesat) dengan argumentasi yang lain.
h. Para ilmuwan mulai menunjukkan arogansinya, dengan hanya memandang ilmu pengetahuan sebagai hasil dari pola pikir. Mereka benar-benar menganggap bahwa ilmu pengetahuan hanya berasal dari pemikiran akal manusia dan dari kemampuan berkata-kata tanpa adanya campur tangan dari tuhan.
i. Kerap terjadi pertikaian antara dogma agama dengan pola pikir ilmuwan

4. Hypothesis (hasil sementara) and Experimentation (percobaan)
Pada tahap ini,
a. Dogma-dogma agama dipandang selaras dengan ilmu pengetahuan.
b. Orang-orang (ilmuwan dan agamawan) mulai berpikir serius dan keras menyatukan semua puzzle untuk menyelesaikan sebuah permasalahan
c. Dengan menguatkan pemikiran, manusia membuat perkiraan-perkiraan jawaban (hipotesis).
d. Membuat kesimpulan umum dengan mengumpulkan semua fakta yang ditemukan di lapangan.
e. Ilmuwan dan agamawan selalu menerima kenyataan, bahwa kadangkala hasil dari kesimpulan itu tidak sesuai dengan hipotesis yang diajukan
f. Analisis yang digunakan pada fasa ini, selalu dilakukan dengan sangat terperinci, hati-hati, cermat, menggunakan peralatan yang mulai terukur kevalidannya, menyertakan sumber sejarah eksperiment yang telah lampau, pengamatan dilakukan dengan teliti maupun sambil lalu.
g. Setelah mematangkan konsep, barulah diambil pendapat (intepretasi) dan konklusi.
    Syarat-syarat pengambilan intepretasi dan konklusi pada fasa ini.
  1. Penelitia adalah orang yang memiliki kompetensi sebagai seorang peneliti, mampu melakukan penelitian secara ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan.
  2. Peneliti harus netral dan tidak subjektif. Tidak mencampurkan antara fakta-fakta yang ditemukan dengan pendapatnya pribadi
  3. Peneliti harus bekerja berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan di lapangan. Tidak boleh bekerja tanpa acuan fakta
  4. Peneliti harus open minded terhadap semua saran, bersedia memberikan bukti-bukti penelitiannya, dan siap jika ada orang lain yang akan menguji penelitiannya.
Timeline Perkembangan Metodologi Penelitian

1760-1825 : Henry Sain Simon --> penggagas utama positivistik
1798-1857 : Auguste Comte--> murid Henry Sain Simon --> Pengembang positivistik
1920          : Di Austria, para filsuf yang seide dengan Comte membangkitkan paradigma positivisme 
                     ini menjadi positivisme logis



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih sudah memberi masukan